October Effect adalah anggapan bahwa pasar saham cenderung menurun selama bulan Oktober. Ada latar belakang sejarah yang mendasari anggapan tersebut, karena beberapa krisis pasar terbesar muncul pada bulan Oktober. Namun, hasil survei yang dihimpun dalam kurun waktu lebih panjang justru membantah kebenarannya. Sebagian pakar menilai October Effect sebagai ekspektasi psikologi saja daripada fenomena aktual yang berbasis data statistik akurat.
Beberapa kejadian pada bulan Oktober yang menimbulkan ekspektasi itu antara lain kepanikan pasar tahun 1907, Black Tuesday (1929), Black Thursday (1929), dan Black Monday (1929). Semuanya terjadi di bursa Amerika Serikat. Selain itu, keruntuhan Dow Jones hingga 22.6 persen dalam sehari pada tanggal 19 Oktober 1987 dianggap sebagai awal dari The Great Depression.
Menurut Adam Hayes dalam kolomnya di Investopedia, October Effect tidak benar-benar signifikan secara statistik. Bahkan, pasar saham di bulan September lebih sering mengalami penurunan ketimbang bulan Oktober. Berdasarkan data historis, Oktober justru lebih sering menandai akhir dari pasar bearish, bukan awal dari pasar bearish tersebut. Apabila investor menyaksikan kinerja pasar menurun dalam bulan Oktober, maka mereka justru cenderung memandangnya sebagai peluang untuk beli.
Hal serupa terjadi di bursa efek Indonesia pada periode September-Oktober 2019 ini. Sebagaimana nampak pada grafik di bawah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada bulan September, tetapi justru mencuat pada bulan Oktober. Walaupun bulan Oktober masih tersisa 3 hari perdagangan lagi, kita dapat memperkirakan IHSG akan ditutup positif bulan ini.
Dibandingkan tren penurunan, pasar saham di bulan Oktober lebih cenderung mengalami pergolakan (pergerakan naik-turun yang sangat pesat). Menurut riset dari LPL Financial pada data S&P500 sejak tahun 1950, terjadi pergolakan hingga lebih dari 1 persen dalam bulan Oktober dibandingkan bulan lainnya. Sesuai riset ini, September merupakan bulan di mana pasar saham paling sering menunjukkan penurunan. Katalis pada keruntuhan pasar tahun 1929 dan 1907 juga disinyalir sudah dipicu sejak bulan September atau malah lebih awal, hanya saja reaksi pasar cenderung tertunda.
Di era modern, investor dan trader lebih kuat mengenang kolaps-nya Lehman Brothers yang memicu krisis 2008/2009. Hal itu kebetulan terjadi pada bulan September 2008.
Tagged With : analisa fundamental • investasi • saham