Pemotongan suku bunga (Rate Cut) Bank Sentral Australia (RBA) pada bulan Oktober ini, sebetulnya menjadi bahan perdebatan sengit di antara para anggota dewan bank sentral tersebut. Sebagian dari mereka khawatir, Rate Cut dapat melonjakkan harga rumah sehingga gagal meningkatkan perekonomian.
Notulen RBA–yang rilis setelah suku bunga acuan OCR dipotong ke level rendah 0.75 persen awal bulan lalu–mengungkapkan bahwa kebijakan kontroversial tersebut diambil, khususnya karena kombinasi dari pengurangan suku bunga sebelumnya, dan pemotongan pajak di era pemerintahan Morrison, dinilai kurang memenuhi ekspektasi.
Notulen RBA hari ini juga menunjukkan bahwa alasan utama Rate Cut adalah kekhawatiran bank sentral jika rendahnya tingkat pengangguran Australia tidak akan cukup untuk menaikkan upah dan meningkatkan inflasi yang sesuai dengan kondisi ekonomi saat ini.
“Para anggota mencatat bahwa perkiraan paling besar bank sentral saat ini menunjukkan, tingkat pengangguran dan angka inflasi dalam beberapa tahun terakhir, tampaknya kurang dari yang ditargetkan.” demikian bunyi notulen tersebut.
“Data-data yang paling baru sebagian besar belum dapat mengubah penilaian tersebut secara penuh, dan dalam keseimbangan (ekonomi), masih (timpang) ke sisi yang lebih lemah. Selain itu, tingkat pertumbuhan upah saat ini juga menunjukkan bahwa ekonomi masih memiliki spare capacity.”
Namun demikian, notulen tersebut juga menunjukkan tumbuhnya kekhawatiran terhadap suku bunga yang terlalu rendah.
“Para anggota menyimpulkan bahwa dewan RBA dapat mengurangi kemungkinan goncangan negatif yang ditimbulkan oleh hasil yang secara material masih berada di bawah target bank sentral, dengan menguatkan starting point untuk ekonomi,” demikian tulis notulen RBA.
Beberapa saat setelah notulen RBA diterbitkan, Dolar Australia stabil. Namun saat berita ini ditulis di sesi Eropa, AUD/USD bergerak turun 0.15 persen ke angka 0.67663.