Nama saham BYAN semakin banyak menghiasi media massa Indonesia selama sepekan terakhir. Betapa tidak, salah satu saham batu bara unggulan ini membukukan kenaikan fantastis hingga nyaris 600% dalam setahun terakhir!
Forbes bahkan menobatkan pemilik saham terbesarnya, Low Tuck Kwong, sebagai orang terkaya nomor dua di Indonesia. Mengapa BYAN bisa menjadi saham multibagger tahun ini? Mari kita kupas bersama.
Kenaikan harga saham BYAN pada tahun 2022 tak lepas dari tren kenaikan harga komoditas energi, khususnya batu bara. Harga jual rata-rata untuk produk batu bara BYAN meningkat hampir dua kali lipat dari USD75,4 per metrik ton menjadi USD125 per metrik ton. Di saat yang sama, BYAN mampu menggenjot produksi batu bara sampai 27,8 juta metrik ton per kuartal III/2022 (naik tipis dibandingkan 27,3 metrik tom per kuartal III/2021).
Dinamika itu lantas menggandakan pendapatan dan laba BYAN. BYAN berhasil meraup laba sebesar USD1,62 miliar dalam kurun waktu kuartal pertama hingga ketiga saja, atau naik 148,5% dibandingkan rentang waktu yang sama pada tahun 2021. EBITDA juga meroket dari USD967 juta menjadi USD2,24 miliar.
Bagaimana prospek BYAN tahun 2023? Apakah harganya bisa naik lebih tinggi lagi? Ataukah harga saham BYAN malah tumbang?
BYAN merupakan perusahaan yang berfokus pada bisnis batu bara. Mayoritas pendapatannya bersumber dari sektor ini, sementara pihak manajemen belum berencana untuk melakukan diversifikasi. Oleh karena itu, nasib saham BYAN akan sangat tergantung pada perubahan dalam pasar batu bara.
Memanasnya situasi geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina dan sengketa China-Australia akan mendorong kenaikan harga komoditas, sehingga harga batu-bara (dan saham BYAN) berpeluang meningkat lagi. Akan tetapi, penurunan harga komoditas akan semakin menjauhkan BYAN dari puncak tertinggi yang baru dicapai beberapa hari lalu.
Patut pula untuk diperhatikan bahwa saham BYAN saat ini sudah terlalu mahal, baik dari segi harga pasar maupun valuasinya. Dengan harga saham Rp21 ribu per lembar pada penutupan pasar tanggal 30 Desember 2022, manajemen BYAN kemungkinan akan melaksanakan stock split untuk mempertahankan likuiditas sahamnya. Rasio PBV saham BYAN juga sudah mendekati 20x, padahal suatu saham idealnya memiliki PBV di sekitar 1x.
Tagged With : analisa fundamental • investasi masa depan • saham