Membangun Rasa Percaya Diri Dalam Komunikasi Bisnis Melalui Bahasa

Di dunia yang semakin kompetitif saat ini, jangan pernah mencoba melemahkan kualitas diri anda. Sayangnya, justru itulah yang sering kita lakukan saat berkomunikasi, sehingga kita justru terkesan tidak percaya diri dan kurang yakin pada diri sendiri. Jika ingin membangun rasa percaya diri dalam berkomunikasi, ada satu solusi yang efektif bagi anda: hindarilah kata-kata dan frasa yang lemah, dan gunakanlah kata-kata dan frasa yang membuat kamu terkesan profesional dan cakap.

Kata-kata dan frasa berkaitan dengan ilmu bahasa. Faktanya, para psikolog, ahli bahasa, dan CEO menganjurkan anda menghindari kata-kata tertentu jika ingin tampil di depan. Gunakanlah kata-kata dan frasa yang akan menghasilkan persepsi yang berbeda tentang diri anda.

membangun rasa percaya diri

Membangun Rasa Percaya Diri dengan Bahasa Yang Kuat

Jika anda ingin membangun rasa percaya diri, maka cobalah menghindari kata-kata atau frase yang melemahkan seperti berikut:

“Apakah itu masuk akal?”

Dari pada bertanya seperti itu, lebih baik anda mengatakaan, “Bagaimana menurut anda?” atau “Saya ingin tahu masukan anda tentang hal ini.”  Jika anda mengatakan “Apakah itu masuk akal?” maka saat untuk berbagi fikiran sudah habis. Serta merta, anda memberikan kesan bahwa anda tidak percaya pada diri sendiri, dan ide-ide serta pemikiran anda mungkin tidak lengkap. Daripada meminta persetujuan atau validasi, lebih baik tanya pendapat pendengar atau pembaca.

“Mungkin kita harus mencoba….”

Sebaliknya, ucapkanlah frase seperti, “Mari kita coba…” atau “Lebih baik kita coba…” Hingga pertengahan abad ke-19, kata “maybe” dalam Bahasa Inggris dituliskan dalam dua kata, “may” dan “be” yang jelas-jelas mengacu kepada sesuatu yang bisa terjadi dan bisa tidak. Kata-kata yang ambigu seperti ini mestinya dihindari. Berikanlah kesan bahwa anda yakin dengan apa yang anda ucapkan.

“Saya kira hal ini akan…”

Sebagai gantinya, gunakan frase, “Saya yakin hal ini akan…” Bedanya sedikit, namun maknanya besar: “Saya kira” terkesan lebih lemah dibanding “Saya yakin”. Frase “Saya kira” juga memberikan kesan bahwa anda ragu, seolah-olah anda sedang mengatakan sesuatu yang mungkin terjadi, namun anda tidak yakin. Sebaliknya, frase “Saya yakin” memberikan kesan bahwa anda bertanggung jawab dengan apa yang anda ucapkan, sehingga menghadirkan rasa percaya. Sekalipun sebenarnya anda tidak yakin, orang lain tidak perlu tahu!

“Saya tidak yakin, namun….”

Justru, apapun yang ingin anda katakan setelah kata “namun”, jangan menambahkan pernyataan yang menafikan. Sama halnya, jika anda ingin memulai sebuah kalimat dengan “Saya tahu pertanyaan ini terdengar bodoh, namun…” atau “Saya tidak ingin terdengar bodoh, namun…” Kalimat seperti ini merendahkan nilai diri anda sendiri. Aturan sederhananya adalah: Jangan pernah merendahkan nilai diri anda!”

“Maaf”

Semestinya, gunakan kata “Permisi.” Meminta maaf setelah berbuat suatu kesalahan adalah tindakan yang benar dan sportif. Sayangnya, banyak orang terjerat dengan kata “maaf yang justru melemahkan image mereka. Untuk apa mengatakan “Maaf mengganggu,” sementara kata “Permisi” justru lebih singkat, sederhana, namun tidak merendahkan nilai diri anda?”

Para psikolog mengatakan bahwa orang-orang yang terlalu sering menggunakan kata “maaf” adalah mereka yang tidak percaya diri. Jika anda ingin terlihat lebih meyakinkan, maka menjauhlah dari kata-kata itu. Frase lain yang juga mesti dihindari adalah. “Saya sebenarnya tidak suka bertanya, namun,,,”

Membangun Rasa Percaya Diri: Hindari Frase Tanpa Arti

Faktanya, dalam komunikasi kita kerap menambahkan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu dengan tujuan agar bahasa kita lebih sopan. Sayangnya, kata-kata tambahan tersebut justru dapat mengurangi nilai kita di mata orang lain. Jika ingin membangun rasa percaya diri dalam komunikasi, maka mulailah menghapus kata-kata berikut dari bahasa anda:

  • “Sekiranya anda paham yang saya maksud”. Anda tidak perlu berkata apa-apa. Banyak orang mengakhiri kalimatnya dengan “Sekiranya anda paham yang saya maksud,” atau lebih singkatnya “paham yang saya maksud?” Jika anda termasuk orang yang kerap menggunakan frase ini, maka berhentilah! Frase ini tidak berarti apa-apa, dan justru bisa membuat orang lain tersinggung. Selain itu, hindari memulai kalimat dengan frase seperti “Perlu diingat bahwa…” karena anda hanya menambah kata-kata yang tidak berguna.
  • “Tak ada artinya”. Frase ini daang dari frase-frase ironis, ketika anda memulai suatu topik dengan mengatakan anda tidak akan berkata apa-apa, namun kemudian anda justru mengatakannya. Jadi, tidak perlu melakukannya!
  • “Menurut pendapat saya…” Frase ini terdengar akrab, bukan? Mulailah menguranginya, atau bahkan, buang dari ucapan anda saat berkomunikasi, karena bahasa seperti ini melemahkan. Siapa pun yang sedang mendengar anda saat berbicaratahu betul bahwa itu adalah keyakinan atau opini anda. Jadi, mengapa mesti mengulanginya?

Sebenarnya, masih ada beberapa contoh frase yang terkesan melemahkan bagi diri anda. Jika anda benar-benar ingin membangun rasa percaya diri dalam komunikasi bisnis, maka gunakanlah kata-kata yang justru dapat memperkuat anda, bukan melemahkan.

Tagged With :

Leave a Comment