Bukan rahasia lagi bahwa Dolar AS merupakan mata uang adidaya dunia. Sebagian besar transaksi perdagangan dan pembayaran internasional melibatkan mata uang Dolar AS, bahkan meskipun pihak-pihak terkait tidak berhubungan dengan Amerika Serikat sama sekali. Sebagian bank sentral dunia juga mengumpulkan Dolar AS sebagai cadangan devisa utama. Namun, pamor Dolar AS memudar belakangan ini.

Dua hasil survei terpisah yang dirilis oleh World Gold Council (WGC) dan Official Monetary and Financial Institutions Forum (OMFIF) belakangan ini mengungkap niat berbagai bank sentral dunia untuk mengurangi holding Dolar AS. Alasannya beragam, mulai dari kekhawatiran terkait kredibilitas fiskal dan moneter AS, masalah kebijakan perdagangan AS, serta ketegangan geopolitik yang meningkat antara AS dengan negara-negara mitra dagang utamanya.
Hasil riset WGC mengisyaratkan sekitar 75% responden (bank sentral) berniat mengoleksi lebih banyak cadangan emas sambil mengurangi cadangan yang berbentuk Dolar AS dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Mereka memandang emas sebagai aset lindung nilai anti-inflasi yang lebih tangguh daripada Dolar AS.
Hasil survei OMFIF juga menunjukkan bahwa 40% bank sentral berencana menambah cadangan emas mereka selama satu dekade ke depan. Mereka juga menyatakan akan meningkatkan kepemilikan beragam mata uang asing selain Dolar AS dalam portofolio cadangan valasnya, terutama Euro.
Saat OMFIF menanyakan kepada responden (bank sentral) tentang kepemilikan mata uang apa yang akan ditingkatkan dalam waktu 12-24 bulan ke depan, Dolar AS hanya menempati peringkat ketujuh. Euro bertengger pada peringkat pertama, disusul oleh Renminbi (Yuan China), Yen Jepang, Dolar Australia, Dolar Kanada, dan Poundsterling.
Para responden OMFIF yakin bahwa Euro bisa meningkatkan pangsanya dalam cadangan devisa dunia sampai 22% dalam waktu 20 tahun ke depan. Peningkatannya bisa lebih cepat dan lebih besar lagi jika pemerintah berbagai negara anggota Euro dapat meningkatkan nilai surat berharga negaranya hingga melampaui pasar obligasi AS yang kini sudah mencapai USD29 triliun.
Bernard Altschuler dari HSBC mengatakan kepada Reuters bahwa Euro adalah “satu-satunya mata uang alternatif saat ini untuk membuat perubahan signifikan dalam tingkat cadangan bank sentral”. Ia juga menilai pangsa Euro dalam cadangan global dapat meningkat sampai 25% secara realistis jika masalah-masalah yang menyelimutinya dapat diselesaikan.
Ada dua alasan lagi bagi Euro untuk menjadi rival yang paling berpotensi menggantikan dominasi Dolar AS. Pertama, Uni Eropa merupakan blok perdagangan terbesar di dunia dengan skala perekonomian yang jauh lebih besar dibandingkan beragam negara lain. Kedua, China mengendalikan Yuan dengan sangat ketat sehingga mata uang rival kedua ini kurang menarik bagi banyak pihak.
Tagged With : analisa fundamental • berita forex • dolar as • euro