Pada penutupan perdagangan, Rabu (18/5/2022), Indeks saham Amerika Serikat Wall Street berakhir turun tajam. Kekhawatiran tentang ekonomi AS setelah pedagang eceran menjadi korban karena kenaikan harga atau inflasi menjadi penyebab anjloknya Wall Street.
Di mana pasar kembali diwarnai aksi jual besar-besaran setelah dua laporan triwulanan berturut-turut dari Target dan Walmart memicu kekhawatiran investor akan kenaikan inflasi, yang mengurangi keuntungan perusahaan dan permintaan konsumen.
Seperti Walmart yang merilis laporan keuangannya yang jauh dari harapan, karena adanya lonjakan biaya bahan bakar dan tenaga kerja yang lebih tinggi. Saham Walmart pun sempat turun 11 persen di penutupan Selasa (17/5) dan pada perdagangan Kemarin (18/5) turun lagi hingga 6,8 persen.
Begitu juga dengan Target Corp yang kehilangan sekitar seperempat dari nilai pasar sahamnya, turut menyeret Wall Street lebih rendah. Dilansir dari Reuters pada Kamis (19/5), laba kuartal pertama Target Corp turun setengah dan sahamnya turun sekitar 25 persen.
Perusahaan telah memperingatkan margin yang lebih besar akibat kenaikan biaya bahan bakar dan pengangkutan. Anjloknya Wall Street menjadi kerugian terburuk bagi S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) sejak Juni 2020.
Indeks S&P turun 5,04 persen dalam mengakhiri sesi di 3.923,68 poin. NASDAQ turun 4,73 persen menjadi 11.418,15 poin. Sementara DJIA turun 3,57 persen menjadi 31.490,07 poin.
Berdasarkan data Refinitiv, S&P turun sekitar 18 persen sejauh ini di tahun 2022. Kemudian Nasdaq turun sekitar 27 persen dilanda stok pertumbuhan yang jatuh.
Kemudian pasar keuangan dibebani oleh inflasi yang meningkat, konflik di Ukraina, kekacauan rantai pasok yang berkepanjangan, lockdown di China akibat pandemi serta pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral. Munculnya sentimen ini menjadi kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan pada hari Selasa (17/5) bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga setinggi yang diperlukan untuk mengatasi lonjakan inflasi yang mengancam fondasi ekonomi AS. Pedagang memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga 50 basis poin (bps) pada bulan Juni dan Juli.
MASIH MENGUAT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis (19/5). Pada perdagangan Rabu (18/5 ) IHSG ditutup menguat 2,24 persen di level 6,793.41.
CEO Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya memproyeksi IHSG akan menguat terbatas pada perdagangan hari ini.
“Kenaikan yang terjadi dalam pola gerak IHSG telah berhasil menggeser rentang konsolidasi ke arah yang lebih baik, keseriusan kenaikan akan nampak jika dalam beberapa hari mendatang IHSG masih mampu ditutup di atas resisten levelnya secara beruntun,” tulis William dalam prediksinya, Kamis (19/5).
Untuk sementara waktu IHSG terlihat cukup dapat bertahan dalam zona hijau yang juga ditunjang oleh capital inflow yang masih tercatat secara year to date masuk ke dalam pasar modal Indonesia secara signifikan.
Serupa, Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christopher memperkirakan IHSG akan menguat pada perdagangan hari ini.
“Secara teknikal candlestick membentuk higher high dan higher low mengindikasikan potensi penguatan,” ungkap Dennies dalam prediksinya, Kamis (19/5).
Pergerakan akan didorong rilis kinerja emiten di kuartal 1 2022. Di sisi lain, penguatan ini diperkirakan akan bersifat sementara dikarenakan masih akan ada tekanan dari sentimen global terkait inflasi dan kebijakan The Fed ke depan.
Adapun saham-saham yang direkomendasikan William adalah UNVR, ASII, BBCA, SMGR, TLKM, BBNI, JSMR dan ASRI.
Sementara Dennies merekomendasikan HMSP, TOWR dan INDF untuk perdagangan hari ini.