Pasar kripto kacau balau selama beberapa hari terakhir, sehubungan dengan krisis likuiditas yang dialami oleh FTX. Padahal, FTX sebelumnya merupakan salah satu bursa kripto (cryptocurrency exchange) terbesar di dunia. Apa sebenarnya yang terjadi, serta bagaimana dampaknya terhadap Bitcoin dan kawan-kawan?

Kronologi Krisis FTX
Krisis FTX awalnya mencuat setelah beredar laporan tak sedap tentang sister company-nya, Alameda Research. Neraca keuangan Alameda menunjukkan koleksi FTX Token dalam jumlah sangat besar, sehingga muncul kekhawatiran tentang kesehatan keuangan perusahaan serta relasi FTX-Alameda. Pihak Alameda berupaya meredam keresahan, tetapi situasi kemudian memburuk dengan cepat.
Binance mengumumkan akan melikuidasi semua holding FTX Token-nya. Para nasabah yang panik beramai-ramai ikut menarik dana mereka dari FTX mulai tanggal 7 November 2022, sehingga bursa mengalami kesulitan likuiditas. Kubu Alameda menawarkan deal untuk membeli semua FTX Token dari Binance dengan harga $22, tetapi ditolak oleh CE Binance Changpeng Zhao yang memilih untuk melepas FTX Token-nya ke pasar.
CEO FTX Sam Bankman-Fried menyatakan via Twitter bahwa aset perusahaannya baik-baik saja, serta menuding bahwa ada pesaing yang menyebarkan berita bohong. Pernyataan itu tak mampu memulihkan kredibilitasnya, karena FTX Token jatuh dari kisaran $22 ke $15.40 dalam beberapa jam saja pada tanggal 8 November 2022. Dalam hari yang sama, Bankman-Fried mengatakan FTX telah mencapai kesepakatan akuisisi dengan Binance untuk mengatasi masalah “krisis likuditas” dan menghapus cuitan sebelumnya.
Situs FTX Ventures dan Alameda down pada tanggal 9 November 2022, sementara beredar rumor tentang pengunduran diri massal para karyawannya. Tak lama kemudian, CEO Binance membatalkan rencana akuisisi yang baru diumumkan kurang dari 48 jam sebelumnya. Katanya, “Sebagai hasil dari uji tuntas perusahaan, serta laporan berita terbaru tentang dana pelanggan yang salah penanganan dan dugaan investigasi agensi AS, kami telah memutuskan bahwa kami tidak akan melanjutkan akuisisi potensial (atas FTX).”
Pada tanggal 10 November 2022, Sequoia Capital me-nol-kan investasinya pada FTX yang sebelumnya bernilai $213.5 juta. Regulator pasar keuangan Jepang (JFSA) memerintahkan agar FTX Japan menghentikan operasional akibat suspensi penarikan dana investor tanpa alasan yang jelas. Sementara itu, FTX US menyatakan “kemungkinan” menghentikan aktivitas trading dalam beberapa hari ke depan sembari menjamin kelancaran penarikan dana. Namun, jaminan itu tak bertahan lama.
Pada tanggal 11 November 2022, FTX US menyetop penarikan dana dan menyatakan akan mengajukan permohonan pailit Chapter 11 ke pengadilan. Pada hari yang sama, Zane Tackett sebagai Kepala Institusional FTX mengakui bahwa FTX memiliki liabilitas senilai $8 miliar -kemudian ia mengundurkan diri pada hari berikutnya. Tackett mengklaim timnya sama sekali tak mengetahui tentang potensi pailit FTX dan sebelumnya mengira bursa memiliki dana memadai untuk men-support penarikan dana nasabah.
Krisis FTX masih terus berkembang hingga hari ini, sehingga aset-aset kripto cenderung tertekan. Harga Bitcoin bahkan ambles ke rekor terendah sejak November 2020 pada kisaran USD16,890-an.
Mengapa Krisis FTX Berdampak Pada Pasar Kripto Secara Umum?
FTX sebenarnya termasuk bursa kripto berizin. Mayoritas perizinannya berasal dari negara-negara offshore seperti Siprus dan Bahama. Namun, entitas FTX US dan FTX Japan juga memiliki izin terbatas untuk memfasilitasi trading masing-masing di Amerika Serikat dan Jepang.
Status legalitas itu meyakinkan banyak orang untuk menjadi nasabah mereka. Sayangnya, status legalitas bursa kripto tidak mengandung perlindungan atas dana investor. Investor tidak dapat memperoleh dana mereka kembali apabila perusahaan pailit, bangkrut, atau kolaps.
Kejatuhan Bitcoin dkk di tengah krisis FTX ini merupakan dampak domino. Sebagian pemain pasar memilih untuk wait-and-see sebelum menyetor dana ke bursa manapun untuk membeli kripto lagi. Sedangkan sebagian yang lain justru menarik dana mereka dari bursa langganan mereka. Kendati demikian, krisis kepercayaan ini tidak menandakan tamatnya pasar kripto.
Kejatuhan pasar kripto akibat skandal bursa serupa telah terjadi berulang kali sebelumnya, mulai dari MT GOX hingga Terra. Namun, harga aset kripto unggulan seperti Bitcoin dan Ethereum selalu mampu bangkit kembali. Singkat kata, investor kripto sebenarnya tak perlu panik secara berlebihan meski perkembangan situasi krisis FTX memang perlu dipantau dan dicermati.
Tagged With : analisa fundamental • Cryptocurrency