Emas dan Dolar AS sedang sama-sama kebanjiran minat beli. Pasalnya, dua isu fundamental utama di pasar saat ini sedang meredupkan minat risiko. Sementara emas dan Dolar AS, merupakan aset safe haven.
Harga emas menguat sejak Selasa (22/Januari) pagi, dan sedikit terkoreksi saat berita ini ditulis Rabu dini hari. Harga emas spot naik 0.1 persen ke $1,280.80 per ons, pulih dari level rendah 28 Desember di angka $1,276.31. Sebaliknya, harga emas futures di Comex New York justru turun 0.2 persen ke 1,280.10.
Emas disokong oleh isu perlambatan pertumbuhan global. Di sisi lain, kenaikan harga emas terbentur oleh isu perang dagang AS-China yang cenderung menguatkan Dolar AS. Meski diprediksi melemah di tahun 2019 ini, Dolar AS masih bertengger di level tinggi tiga pekan sejak akhir minggu lalu.
“Permintaan emas dan safe haven lain (termasuk Dolar AS) sedang dalam hubungan yang stabil … Ada sedikit sentimen minat risiko,” kata Georgette Boele dari ABN AMRO. Senada, Bob Haberkorn, senior market strategist di RJO Futures mengatakan bahwa Dolar AS yang masih cukup kuat menghalangi kenaikan harga emas.
Beli Emas Karena Perlambatan Global, Dolar AS Karena AS-China
Sentimen penghindaran risiko kian menguat sejak Senin kemarin, saat IMF mengumumkan pemotongan prediksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3.5 persen di tahun 2019 dan 3.6 persen di tahun 2020. Kedua data tersebut turun, masing-masing 0.2 persen dan 0.1 persen poin dari proyeksi di bulan Oktober lalu.
Kabar tersebut membuat para investor ramai-ramai mencari aset aman (safe haven). Ada yang lari ke emas, ada pula yang lari ke Dolar AS. Namun, permintaan Dolar AS tampak lebih tinggi jika perkembangan AS-China dikabarkan mengalami kesulitan untuk mencapai deal.
Menurut Haberkorn, penengah dalam fenomena kompetisi emas dan Dolar AS seperti ini adalah suku bunga AS. Jika The Fed hawkish, maka harga emas akan turun. Sebaliknya, jika Rate Hike tak diteruskan, maka emas dapat melanjutkan penguatan.
Tagged With : dolar as • forex • harga emas