Jelang Deadline Stimulus Fiskal Tambahan, Wall Street Merosot

Indeks utama Wall Street ditutup lebih rendah pada awal pekan ini. Investor pesimistis, meskipun anggota parlemen Washington masih berjuang untuk mencapai kesepakatan stimulus fiskal tambahan menjelang deadline hari ini, Selasa.

Dikutip dari Reuters, Selasa (19/10), Dow Jones Industrial Average turun 410,89 poin atau 1,44 persen menjadi 28.195,42, indeks S&P 500 kehilangan 56,89 poin, atau 1,63 persen menjadi 3.426,92, dan Nasdaq turun 192,67 poin atau 1,65 persen menjadi 11.478,88.

Tenggat waktu itu dikatakan oleh Ketua DPR, Nancy Pelosi. Dia menuturkan, untuk mendorong kesepakatan sebelum pemilihan presiden pada 3 November, stimulus fiskal harus selesai pada hari Selasa.

Pelosi dan Menteri Keuangan Steve Mnuchin terus mempersempit perbedaan mereka. Pelosi berharap pada hari ini akan ada kejelasan tentang apakah stimulus virus corona itu mungkin dilakukan sebelum pemilihan 3 November, menurut juru bicara Pelosi.

Di sisi lain, investor khawatir meningkatnya kasus virus corona di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Selain itu, investor juga mengkhawatirkan jika nantinya Donald Trump terpilih kembali dalam pemilu.

“Kurangnya berita tentang stimulus sangat mengkhawatirkan investor, yang diperparah dengan jumlah virus corona yang terus meningkat dan ketidakpastian menjelang pemilu,” kata Mona Mahajan, Ahli Strategi Investasi AS, Allianz Global Investors, New York.

Pekan lalu, Gedung Putih mengusulkan paket stimulus senilai USD 1,8 triliun, namun ditolak Pelosi karena tidak memenuhi permintaan bantuan sebesar USD 2,2 triliun.

“Dengan kasus corona meningkat lagi, stimulus akan menjadi penting,” kata Mahajan.

Negara bagian AS, Wisconsin, berjuang melawan lonjakan virus corona dan kembali memberlakukan pembatasan pada awal pekan ini.

Di New Mexico, gubernur memperingatkan bahwa tenaga kesehatan di negara bagian itu mungkin tidak cukup jika kasus terus meningkat dengan kecepatan saat ini.

Donald Trump dan penantangnya, Joe Biden, akan berdebat untuk terakhir kalinya pada hari Kamis. Hal ini pun akan kembali dinanti investor.

“Pemilu itu membebani sentimen investor dan mungkin ada kekhawatiran tambahan,” menurut Mahajan.

Jumlah kasus COVID-19 baru di Amerika Serikat minggu lalu naik 13 persen menjadi lebih dari 393.000 kasus, mendekati level yang terakhir terlihat selama puncak musim panas, menurut analisis Reuters.

Sementara itu, saham bernilai tinggi seperti Apple Inc, Microsoft Corp, dan Amazon.com ketiganya turun lebih dari 2 persen dan menjadi hambatan terbesar di S&P 500.

Pengukur ketakutan Wall Street ditutup lebih tinggi selama enam sesi berturut-turut dan berakhir di atas 29 untuk pertama kalinya sejak 6 Oktober, saat kampanye pemilu AS semakin meningkat.

Dow Jones Transport Average ditutup turun 1 persen, karena harapan kesepakatan stimulus meredup sepanjang sesi.

Namun demikian, sektor transportasi masih unggul secara umum. Administrasi Keamanan Transportasi AS melaporkan, maskapai penerbangan berhasil meraih lebih dari 1 juta penumpang untuk pertama kalinya sejak pertengahan Maret.

International Business Machines Corp (IBM) turun 1 persen di sesi penutupan usai melaporkan hasil kuartal III yang tertekan.

Saham ConocoPhillips turun 3,2 persen setelah setuju untuk membeli produsen minyak serpih AS, Concho Resources Inc, seharga USD 9,7 miliar.

Di bursa AS, sebanyak 8,69 miliar saham berpindah tangan, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 9,21 miliar untuk 20 sesi terakhir.

 

Leave a Comment