Pada perdagangan Senin (16/5/2022), Wall street berakhir lebih rendah, diikuti dengan melemahnya saham pertumbuhan lainnya. Kekhawatiran investor tentang perlambatan global dan kenaikan suku bunga bertambah karena data ekonomi China yang suram.
Mengutip Reuters Selasa (17/5), S&P 500 turun 0,39 persen untuk mengakhiri sesi di 4.008,01 poin. Nasdaq turun 1,20 persen menjadi 11.662,79 poin, sementara Dow Jones Industrial Average naik 0,08 persen menjadi 32.223,42 poin.
Di mana aktivitas ekonomi China mendingin tajam pada April karena meluasnya lockdown atas COVID-19 yang berdampak besar pada konsumsi, produksi industri dan lapangan kerja. Selain itu, menambah kekhawatiran ekonomi dapat menyusut pada kuartal kedua.
Namun, saham energi mendapat dorongan dari optimisme bahwa China akan melihat pemulihan permintaan yang signifikan setelah tanda-tanda positif bahwa pandemi virus corona surut di daerah yang paling terpukul.
Tidak hanya itu saja, investor telah khawatir bahwa kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve AS untuk memerangi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi, dengan konflik di Ukraina, gangguan rantai pasokan dan penguncian terkait pandemi di China memperburuk masalah ekonomi.
Data pada Senin menunjukkan aktivitas pabrik di negara bagian New York merosot pada Mei untuk ketiga kalinya tahun ini di tengah anjloknya pesanan dan pengiriman baru.
Pedagang sekarang memperkirakan peluang hampir 86 persen dari kenaikan 50 basis poin oleh Fed pada bulan Juni. Investor fokus pada data penjualan ritel yang akan dirilis pada hari Selasa, menyusul data inflasi dan sentimen konsumen yang mengkhawatirkan pekan lalu.
IHSG Diprediksi Menguat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat dan bergerak sideways pada hari Selasa (17/5). IHSG mengakhiri pekan lalu dengan turun tipis 1,847 poin atau 0,03 persen menjadi 6.597,9.
CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan IHSG menguji di rentang 6541 – 6702. Ia mencermati pola gerak market masih terlihat memiliki potensi bergerak sideways dalam jangka pendek.
“Perkembangan pergerakan IHSG pada hari ini akan diwarnai oleh rilis data perekonomian neraca perdagangan yang disinyalir masih akan berada dalam kondisi stabil,” katanya dalam hasil risetnya, Selasa (17/5).
William mengatakan tekanan yang terjadi terlihat masih dipengaruhi oleh sentimen dari pergerakan nilai tukar Rupiah. Selama support level masih dapat dipertahankan dengan kuat, maka momentum fluktuatif harga masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan trading harian.
Sementara itu, pengamat pasar modal dari MNC Asset Management Edwin Sebayang mengatakan perdagangan Selasa ini ada peluang IHSG untuk menguat didorong kombinasi penguatan Indeks DJIA sebesar 1,55 persen, EIDO naik sebesar 1,26 persen.
IHSG juga didorong sentimen harga beberapa komoditas seperti minyak 6,81 persen, batu bara 2,72 persen dan emas 0,12 persen sehingga berpotensi mendorong naik saham-saham berbasis komoditas tersebut.
“Di lain pihak perlu diwaspadai faktor negatif untuk perdagangan Selasa ini yakni tekanan jual atas saham berbasis nikel dan timah menyusul cukup tajamnya kejatuhan harga nikel sebesar 4,59 persen dan harga timah turun lebih tajam sekitar 6,71 persen,” ujarnya.
Edwin menilai tekanan tersebut muncul di tengah melemahnya nilai Rupiah atas Dollar AS yang saat ini sudah berada di level Rp 14.600an.
Sementara William merekomendasikan saham UNVR, ASII, BBCA, SMGR, ITMG, HMSP, TBIG, dan CTRA.