Investor Hati-hati Jelang Rilis Data Tenaga Kerja, Wall Street Ditutup Melemah

Pada perdagangan Senin (4/12/2023), indeks utama saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street ditutup melemah. Hal itu terjadi karena investor berhati-hati menjelang data ketenagakerjaan yang dirilis minggu ini yang dapat mengubah ekspektasi bahwa bank sentral, Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga.

Mengutip Reuters, Selasa (5/12) S&P 500 turun 0,54 persen mengakhiri sesi pada 4.569,78 poin. Nasdaq turun 0,84 persen menjadi 14.185,49 poin, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun 0,11 persen menjadi 36.204,44 poin.

“Anjloknya S&P imbas saham megacaps seperti Microsoft (MSFT.O) , Apple (AAPL.O) , Nvidia (NVDA.O) dan Amazon (AMZN.O) yang turun lebih dari 1,” tulis laporan itu.

Di sisi lain, saham-saham berkapitalisasi kecil naik pada hari Senin, dengan Russell 2000 (.RUT) menguat sekitar 1 persen dan menjadikan kenaikannya tahun ini hampir 7 persen.

“Ada banyak penurunan yang belum tentu berarti,” kata Manajer Portofolio Senior Globalt Investments, Tom Martin.

“Kita akan mengadakan pertemuan penting The Fed, dan yang menjadikannya penting adalah tiba-tiba pasar memutuskan akan melakukan pemangkasan suku bunga pada awal tahun depan.”

Adapun, fokus utama ekonomi makro minggu ini adalah laporan pekerjaan bulan November yang akan dirilis pada hari Jumat mendatang. Laporan itu dapat membantu investor mengukur kemungkinan jalur suku bunga The Fed, serta potensi soft landing di mana The Fed berhasil mengendalikan inflasi sambil menghindari resesi.

DIPREDIKSI MENGUAT

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan Selasa (5/12). Pada perdagangan Senin (4/12), IHSG ditutup menguat 33,694 poin atau 0,48 persen ke level 7.093,600.

Tim analis Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan IHSG menguat terbatas di support dan resistance di level 7.090–7.130 meskipun potensi koreksi mulai terlihat.

Seasonal anomalies jelang akhir tahun tentunya akan memberikan katalis positif bagi pasar saham Indonesia di mana pelaku pasar memanfaatkan momentum window dressing sehingga ini akan mendorong pasar keuangan Indonesia berada di dalam momentum positif,” tulis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Selasa (5/12).

Pasar memanfaatkan momentum window dressing, di mana secara tidak langsung membuat harga saham-saham unggulan mengalami kenaikan. naik. Window dressing unik karena biasanya terjadi ketika menjelang tutup buku atau pada kuartal akhir tahun.

“Oleh karenanya, di setiap akhir tahun atau Desember merupakan bulan yang paling dinanti oleh investor,” lanjut sekuritas tersebut.

Dengan adanya tendensi dari para pelaku pasar maupun perusahaan untuk memperbaiki laporan keuangan, maka biasanya harga saham akan sangat terapresiasi saat momen window dressing. Beberapa emiten yang melakukan investasi di perusahaan lain yang listing di bursa juga akan mendapatkan keuntungan dari window dressing.

Untuk mendapatkan imbal hasil yang maksimal, pelaku pasar juga dapat memperhatikan saham saham yang mengalami uptrend, likuiditas perdagangan saham yang baik, valuasi yang murah, prospek perusahaan yang mumpuni, dan emiten-emiten yang dikoleksi oleh fund manager sebagai portofolionya.

Sementara itu, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memprediksi IHSG bergerak dalam trading range 7.050-7.150. Saham-saham bank berkapitalisasi besar akan menopang IHSG.

“Waspadai potensi koreksi/pullback pada saham-saham yang telah membukukan rally signifikan dalam sepekan terakhir,” kata Valdy.

Valdy menyebut BBCA, BBRI, BBNI, dan BMRI masih berpeluang melanjutkan penguatan secara teknikal. Di samping saham bank tersebut, pelaku pasar dapat mencermati peluang speculative buy pada AMMN, AKRA, dan trading buy pada UNTR dan BRIS.

 

Leave a Comment