Euro menguat tiga hari berturut-turut di sesi perdagangan Rabu malam ini, bangkit dari level rendah 20 bulan minggu lalu. Inflasi Zona Euro yang menyentuh rekor baru bulan lalu, memicu pertaruhan bahwa European Central Bank (ECB) dapat menaikkan suku bunga lebih cepat daripada ekspektasi.
Di bulan Januari, inflasi Zona Euro tumbuh 5.1%, dua kali lipat lebih besar daripada target 2% ECB. Perolehan terbaru tersebut juga lebih besar daripada ekspektasi 4.4%.
Kenaikan inflasi Zona Euro didukung oleh kenaikan harga energi sesuai ekspektasi. Namun, harga makanan mentah juga melonjak lebih dari 5%. Kondisi ini seketika meningkatkan dorongan bagi ECB untuk mengambil kebijakan pengetatan moneter secepatnya.
EUR/USD menguat sebanyak 0.45% versus Dolar AS ke $1.13245, menyentuh level tinggi sembilan hari. Para investor pun menilai bahwa ada peluang ECB akan mengumumkan pengetatan moneter dalam rapat yang akan digelar pada Kamis mendatang.
Ulrich Leuchtmann, analis forex dari Commerzbank, mengatakan bahwa pasar mata uang kini sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga ECB hingga akhir kuartal tahun ini.
Dalam jangka pendek, dampak pada Euro akan bergantung dari bagaimana isi pembicaraan presiden ECB Christine Lagarde dalam rapat kebijakan moneter pada Kamis besok. “Sebagian para pelaku pasar akan mengekspektasikan bahwa ECB seharusnya bersuara hawkish besok,” imbuh Leuchtmann.
Sedangkan Shaun Osborne, ahli strategi dari Scotiabank mengatakan bahwa ECB sedang dalam posisi yang tidak nyaman. Namun, dia mengekspektasikan jika bank sentral tersebut tetap akan berkomitmen terhadap petunjuknya untuk tidak menaikkan suku bunga tahun ini. Oleh karena itu, Euro masih memiliki prospek besar untuk melemah kembali.
Di sisi lain, Dolar AS yang sedang turun dari puncaknya, menambah energi bagi bullish Euro. Pernyataan-pernyataan para pejabat The Fed yang bersentimen sedikit lebih dovish, membuat pasar ekuitas bangkit mengikis fungsi safe haven dari Dolar AS.