Dolar AS jeblok ke level terendah dua pekan, setelah rilis data sektor jasa AS dan memanasnya konflik perdagangan AS-China. Indek Dolar (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap enam mata uang lain, turun 0.6 persen ke 97.308 pada pukul 14:50 GMT. Namun terhadap Yuan, mata uang AS tersebut melesat karena kebijakan PBoC.
PMI Non Manufaktur AS Turun
ISM melaporkan, pertumbuhan sektor Non-Manufaktur AS turun ke level terendah sejak tahun 2016. Indeks PMI Non Manufaktur AS turun ke 53.7 dari sebelumnya di 55.1. Hasil tersebut juga lebih rendah daripada ekspektasi di 55.5. Perlambatan pertumbuhan di sektor jasa AS ini terjadi justru ketika tensi konflik perdagangan antara AS dan China memanas. Padahal, dua pertiga dari keseluruhan aktivitas ekonomi AS bergantung pada sektor jasa.
China Lemahkan Renminbi
Namun demikian, Greenback memang sudah melemah sebelum data tersebut dirilis. Pasalnya, hubungan AS dan China memburuk setelah People Bank of China (PBoC) menjatuhkan nilai tukar Renminbi terhadap Dolar AS.
Yuan anjlok sampai 1.4 persen terhadap Dolar AS, begitu bank sentral China tersebut membiarkan mata uangnya menembus angka 7 per dolar AS untuk pertama kalinya sejak satu dekade. Meski menyangkal bahwa hal itu dilakukan sebagai tanggapan atas keputusan sepihak Trump, tetapi para analis berkeyakinan bahwa tak ada alasan lain selain pembalasan.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memang berulah terlebih dahulu dengan nekat mengingkari perjanjian damai dengan China di KTT G20 Osaka lalu. Ia mengatakan akan menambah tarif 10% pada barang impor China $300 miliar dengan tujuan agar kesepakatan perdagangan segera dicapai.
Menanggapai tingkah Trump, Menteri Perdagangan China pun mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan China akan berhenti membeli produk pertanian AS. Tak hanya itu, China akan kembali menetapkan tarif impor pada produk-produk pertanian AS yang dibeli setelah tanggal 3 Agustus 2019.