Ada ketidakpastian dan potensi volatilitas pasar saham Indonesia (IHSG) meskipun terjadi penguatan dalam beberapa hari terakhir. Penguatan ini dipicu oleh penundaan tarif perdagangan oleh Amerika Serikat, namun para analis dan pelaku pasar tetap waspada karena penundaan tersebut bersifat sementara dan ketidakpastian global masih tinggi.
Berikut rincian masalahnya:
- Penguatan IHSG bersifat sementara: Meskipun IHSG telah menguat selama 4 hari berturut-turut dan mencatatkan kenaikan signifikan pada Selasa (15/4/2025), hal ini tidak menjamin pasar akan terbebas dari gejolak. Sentimen positif dari penundaan tarif AS dianggap hanya bersifat sementara.
- Ketidakpastian kebijakan tarif AS: Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menunda tarif impor tidak menghilangkan kekhawatiran jangka panjang. Rencana penerapan tarif pada semikonduktor dan farmasi masih berlanjut, dan jika negosiasi gagal atau tensi perdagangan kembali meningkat, pasar dapat dengan cepat berbalik arah.
- Sentimen global yang tidak pasti: Selain isu tarif, faktor geopolitik dan ekonomi global secara umum dapat memicu perubahan sentimen pasar dan menyebabkan koreksi pada IHSG.
- Level resisten IHSG: Analis Pilarmas Investindo Sekuritas menyoroti bahwa IHSG perlu melewati level 6.510 untuk mengonfirmasi pemulihan dan potensi penguatan lebih lanjut. Kegagalan menembus level ini menunjukkan bahwa tekanan jual masih mungkin terjadi.
- Koreksi IHSG year-to-date: Penurunan IHSG sebesar 9,01% sejak awal tahun menunjukkan bahwa pasar masih dalam fase pemulihan dan rentan terhadap sentimen negatif.
- Dampak pada Rupiah: Meskipun ada sentimen positif dari kenaikan cadangan devisa, penundaan tarif AS tidak banyak membantu penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Rupiah justru melemah, menunjukkan bahwa ketidakpastian global masih membebani mata uang Garuda.
- Potensi arus modal keluar: Meningkatnya ketidakpastian global dapat memicu investor untuk beralih ke aset yang lebih aman (risk-off), yang berpotensi menyebabkan arus modal keluar dari pasar saham Indonesia dan menekan Rupiah serta cadangan devisa.
Secara keseluruhan, meskipun ada angin segar dari penundaan tarif AS, investor di pasar saham Indonesia perlu tetap berhati-hati dan tidak terlalu euforia. Volatilitas masih akan menjadi ciri pasar karena ketidakpastian global yang persisten, terutama terkait kebijakan perdagangan AS. Keberhasilan IHSG untuk melanjutkan penguatan akan sangat bergantung pada perkembangan sentimen global, aliran dana asing, dan kemampuan melewati level resisten krusial.