-
Kondisi IHSG sebelumnya
-
Pada Rabu (8/10), IHSG ditutup melemah tipis di level 8.166,03, terkoreksi sekitar 0,04 persen.
-
Pergerakan IHSG sempat tertekan hingga menyentuh level terendah di 8.044 akibat aksi profit taking, terutama pada saham-saham konglomerasi yang sebelumnya menopang kenaikan indeks selama dua hari beruntun.
-
Aksi jual tersebut bahkan sempat memicu panic selling di pasar.
-
-
Analisis teknikal Phintraco Sekuritas
-
Terlihat adanya potensi Bearish Divergence antara IHSG dan indikator MACD, yang mengindikasikan peluang koreksi meskipun tren utama masih naik.
-
Bollinger Bands yang menyempit memberi sinyal adanya pergerakan besar ke depan, baik ke arah penguatan tajam atau justru penurunan signifikan.
-
IHSG diperkirakan akan berkonsolidasi di rentang 8.000–8.250, dengan risiko koreksi lebih dalam bila menembus level 8.000.
-
-
Faktor fundamental penekan pasar
-
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2025 melemah ke level 115 dari sebelumnya 117,2, menjadi titik terendah sejak April 2022.
-
Investor juga menantikan data penjualan ritel Agustus 2025, yang diperkirakan tumbuh melambat ke 3,9 persen yoy dari 4,7 persen yoy pada Juli.
-
Faktor kebijakan fiskal turut memengaruhi, dengan rencana Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menarik dana pemerintah (Saldo Anggaran Lebih/SAL) sebesar Rp 70 triliun dari Bank Indonesia, di mana sebagian akan ditempatkan di Bank Pembangunan Daerah (BPD) senilai Rp 10–20 triliun.
-
-
Rekomendasi saham pilihan analis
-
Phintraco Sekuritas merekomendasikan saham: PANI, EMTK, INCO, ESSA, dan ADRO.
-
MNC Sekuritas melihat IHSG berada pada bagian wave [v] dari wave 5 (label hitam), dengan proyeksi uji level 8.260–8.302, namun pada label merah penguatan terbatas hanya ke 8.180–8.197 sebelum terkoreksi.
-
Saham pilihan MNC Sekuritas: AKRA, BBYB, EXCL, dan INDF.
-
-
Kesimpulan umum
-
Secara teknikal, IHSG berpotensi mengalami pergerakan terbatas dan rawan koreksi dalam jangka pendek.
-
Tekanan berasal dari faktor psikologis pasar, pelemahan indikator makro seperti IKK dan data ritel, serta aksi ambil untung.
-
Meski demikian, dukungan dari tren naik jangka menengah masih ada, sehingga level 8.000 akan menjadi titik krusial yang perlu diperhatikan investor.
-