Pada penutupan perdagangan pekan lalu, ketiga indeks utama di Wall Street melesat. Saham keuangan, perawatan kesehatan, dan teknologi memberikan dorongan terbesar karena pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan merupakan yang tercepat sejak 1984.
Melansir Reuters, Senin (29/3), Dow Jones Industrial Average naik 453,4 poin atau 1,39 persen menjadi 33.072,88, indeks S&P 500 naik 65,02 poin atau 1,66 persen menjadi 3.974,54, dan Nasdaq menambahkan 161,05 poin atau 1,24 persen menjadi 13.138,73.
Dalam sepekan lalu, S&P naik 1,6 persen dan Dow naik 1,4 persen. Sedangkan Nasdaq tergelincir 0,6 persen.
S&P 500 dan Dow mengakhiri pekan dengan lebih tinggi, karena investor kembali memborong saham yang akan memperoleh keuntungan dari pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, investor hanya sedikit menambah beberapa saham teknologi.
Indeks nilai Russell 1000, yang mencakup energi, bank, dan saham industri, naik lebih dari 10 persen sepanjang tahun ini.
Beberapa saham teknologi teratas justru tergelincir, seperti Tesla Inc dan induk Google Alphabet Inc. Namun Microsoft Corp dan Facebook Inc melawan tren, membantu mengangkat S&P 500 dan Nasdaq lebih tinggi.
Federal Reserve pekan lalu menaikkan perkiraan PDB untuk 2021 menjadi 6,5 persen, dari sebelumnya hanya 4,2 persen. Beberapa ekonom juga memperkirakan pertumbuhan yang lebih cepat. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa ekonomi akan berjalan terlalu cepat dan memaksa Fed untuk menaikkan suku bunga.
Dolar AS melemah, namun masih mendekati level penguatan karena berlanjutnya optimisme tentang ekonomi AS.
“Sulit untuk menahan perkiraan kami tentang pertumbuhan AS dalam beberapa bulan terakhir. Kami bahkan meningkatkan perkiraan kami, secepat kami menurunkannya tahun lalu,” ujar Carl Tannenbaum, kepala ekonom di Northern Trust.
Sementara itu, saham bank naik 1,9 persen karena The Fed mengatakan akan mencabut pembatasan pendapatan dividen bank dan pembelian kembali saham untuk sebagian besar perusahaan di Juni mendatang, setelah tes stres berikutnya.
Hasil benchmark US Treasury 10 tahun naik menjadi 1,66 persen, namun masih lebih rendah dari lonjakan pekan lalu menjadi 1,75 persen. Sebelumnya kenaikan imbal hasil obligasi AS itu telah memicu aksi jual karena ketakutan inflasi dan potensi kenaikan suku bunga The Fed.
Pasar saat ini khawatir nantinya tiba-tiba bank sentral AS itu dipaksa untuk memperketat kebijakannya, kata Marvin Loh, ahli strategi makro global senior di State Street Global Markets.
“Kekhawatiran sebenarnya adalah bahwa keadaan menjadi terlalu panas dan semakin cepat, sehingga The Fed mungkin terpaksa berubah pikiran,” katanya.
Saham energi melonjak 2,6 persen, didorong kenaikan harga minyak mentah setelah kapal kontainer raksasa memblokir Terusan Suez dan memicu kekhawatiran tekanan pasokan.
L Brands melonjak 3,7 persen, setelah pemilik Victoria’s Secret itu menaikkan perkiraan laba kuartal saat ini untuk kedua kalinya karena mendapat keuntungan dari konsumen yang menghabiskan dana stimulus dari pemerintah untuk berbelanja dan pelonggaran pembatasan COVID-19.
Nio Inc justru merosot 4,8 persen, karena pembuat kendaraan listrik China itu mengatakan akan menghentikan produksinya selama lima hari kerja di pabrik Hefei akibat kekurangan chip semikonduktor.
Volume di bursa AS adalah 12,23 miliar saham, masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 13,67 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.