Kemerosotan harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia belakangan ini telah membuat banyak orang gentar untuk berinvestasi. Namun, beberapa emiten tetap optimistis dan malah berencana membeli kembali (buyback) saham-sahamnya sendiri yang sedang terpuruk.

Berikut ini beberapa saham yang akan buyback tahun 2025 berdasarkan pengumuman awal perseroan:
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memperkirakan akan melaksanakan buyback saham BBRI senilai maksimal Rp3 triliun antara 25 Maret 2025 hingga 24 Maret 2026.
- PT Avia Avian Tbk (AVIA) berencana mengalokasikan Rp1 triliun untuk buyback sebanyak sebanyak-banyaknya 1.425.000.000 lembar saham dalam waktu paling lama 12 bulan setelah persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dalam waktu dekat.
- PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mengumumkan rencana buyback saham perseroan dengan jumlah maksimal 202.000 saham senilai sekitar Rp450 juta dalam waktu paling lama 12 bulan sejak persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST).
- PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memperkirakan akan buyback sebanyak-banyaknya Rp1,5 triliun atau maksimum 10% dari total modal disetor.
- PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) siap menganggarkan Rp 1,17 triliun untuk buyback saham dalam periode 26 Maret 2025 hingga 25 Maret 2026 (tentatif), jika rencana tersebut disetujui oleh RUPS pada tanggal 25 Maret 2025.
- PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA) akan merogoh kas internal perseroan untuk buyback saham senilai sebanyak-banyaknya Rp300 miliar.
- PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) mempertimbangkan akan menambah porsi buyback saham dalam tahun ini, di samping kuota Rp20 miliar yang telah disetujui RUPSLB tahun lalu.
Buyback merupakan strategi populer di kalangan emiten Bursa Efek Indonesia. Langkah ini diharapkan mampu membendung kemerosotan harga saham, sekaligus mendulang laba dari rebound di masa mendatang. Harga saham yang akan buyback biasanya lebih stabil atau justru cenderung menguat, khususnya jika perseroan memiliki prospek yang menjanjikan.
Prospek saham yang menjanjikan dapat dilihat dari tiga aspek utama. Pertama, kondisi fundamental dan operasional bisnis perseroan tergolong mapan. Kedua, perseroan mampu menghasilkan laba secara konsisten dan memberikan dividen dalam jumlah yang cukup besar. Ketiga, saham memiliki likuiditas yang baik.
Tagged With : bursa efek • saham