Usai pemerintah merilis data ketenagakerjaan, indeks saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup anjlok pada perdagangan Rabu (6/12/2023).
Mengutip Reuters, Kamis (7/12), indeks S&P 500 turun 0,39 persen menjadi 4.549,34 poin. Nasdaq (.IXIC) turun 0,58 persen menjadi 14.146,71, sedangkan Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 0,19 persen menjadi 36.054,43.
“Laporan Ketenagakerjaan Nasional menunjukkan jumlah pekerja swasta meningkat sebesar 103.000 pekerjaan pada bulan November, di bawah ekspektasi para ekonom sebesar 130.000,” tulis laporan Reuters.
Data ketenagakerjaan terbaru memperkuat ekspektasi bahwa kampanye kenaikan suku bunga The Fed akan mendinginkan perekonomian.
Kepala Penelitian Pasar Modal di US Bank Wealth Management, Bill Merz mengatakan hal ini konsisten dengan keseluruhan pertumbuhan lapangan kerja yang melemah dan tidak menjadi masalah karena perekonomian masih berjalan dengan baik.
“Yang mengkhawatirkan adalah jika tren ini bertahan terlalu lama dan mengakibatkan hilangnya lapangan kerja dalam jumlah besar,” ungkapnya.
Penurunan stok energi membebani indeks utama, dengan harga minyak turun 4 persen karena kenaikan persediaan bensin AS yang lebih besar dari perkiraan memperburuk kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar.
Pada Jumat (8/12) mendatang AS akan merilis laporan non-farm payrolls yang lebih komprehensif untuk bulan November. Laporan itu akan memberikan kejelasan yang lebih besar mengenai keadaan pasar tenaga kerja.
Investor secara luas memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan minggu depan dan berpotensi mulai menurunkan suku bunga pada bulan Maret.
Mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters mengatakan mereka yakin The Fed akan mempertahankan suku bunga setidaknya sampai bulan Juli, lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
DIPROYEKSI MENGUAT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi menguat terbatas pada perdagangan Kamis (7/12). Sementara, IHSG berakhir melemah 13,46 poin (0,19 persen) ke 7.087 pada penutupan perdagangan saham Kamis (6/12).
Tim Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan, IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 7.050–7.120. Meskipun ada kemungkinan koreksi tipis.
Di dalam negeri, sentimen positif berasal dari kabar yang dibawa oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dari pertemuan iklim tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-28 atau COP28 di Dubai.
Kabar tersebut mengenai fragmentasi geopolitik semakin meningkat hingga berimbas terhadap perekonomian. Tentunya hal ini akan menurunkan penerimaan pajak negara serta akan berdampak pada menurunnya APBN negara.
Dalam hal ini, tim Pilarmas Investindo melihat pasar menilai muncul fragmentasi geopolitik akan mendorong tingginya shadow economy dan menjadi tantangan dalam mengoptimalkan penerimaan pajak pada tahun depan.
“Pasar berharap pemerintah bisa mengantisipasi hal tersebut, jika peningkatan ini tidak dibarengi dengan kesiapan sistem perpajakan dalam menangkap aktivitas ekonomi informal terutama digital maka akan berpotensi terjadi peningkatan penghindaran kewajiban perpajakan, sehingga akan mempengaruhi penerimaan perpajakan di masa mendatang,” kata tim Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya pada Kamis (7/12).
Pilarmas Investindo Sekuritas berharap mitigasi dapat terus dilakukan agar dapat memaksimalkan penerimaan agar APBN dapat tetap terjaga.
Sementara, Head of Research dari Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memprediksi IHSG konsolidasi dalam rentang 7050-7100 pada Kamis (7/12).
“IHSG berpotensi konsolidasi dalam rentang 7050-7100 pada Kamis (7/12). Secara teknikal Stochastic RSI telah memasuki overbought area,” kata Valdy dalam risetnya pada Kamis (7/12).
bilang, dari eksternal, data Continuing Jobless Claims turun menjadi 1.91 juta untuk minggu yang berakhir pada 25 November dari sebelumnya di 1.92 juta. Jumlah data pengangguran ini menunjukkan bahwa kondisi sektor ketenagakerjaan di AS relatif stabil.
“Kondisi ini tidak mempengaruhi kemungkinan The Fed untuk menahan suku bunga acuan pada FOMC Desember mendatang,” tambah Valdy.
Selain itu, lanjut Valdy, investor juga menanti rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 di Euro Area yang diperkirakan terkontraksi ke -0,1 persen qoq dari sebelumnya 0,2 persen qoq dan investor memperkirakan The Fed maupun ECB akan menahan suku bunga acuan di Desember 2023, sehingga membangun keyakinan bahwa BI akan mengambil langkah serupa.
“Kondisi ini memicu penguatan nilai tukar rupiah ke level Rp15.490 per USD di Rabu (6/12) sore,” tutup Valdy.
Valdy kemudian merekomendasikan saham ACES, ADMR, BMRI, EXCL, GGRM, SRTG dan KLBF untuk diperhatikan pada perdagangan Kamis (7/12/2023).