Ketiga indeks utama Wall Street kembali anjlok pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Bahkan penurunan ini merupakan yang terburuk sejak Oktober 2008.
Dow Jones dan S&P 500 turun lebih dari 4 persen pada penutupan perdagangan Jumat (20/3) lalu.
Dilansir Reuters, Senin (23/3), Dow Jones Industrial Average turun 913,21 poin atau 4,55 persen menjadi 19.173,98, indeks S&P 500 kehilangan 104,47 poin atau 4,34 persen menjadi 2.304,92, dan Nasdaq Composite turun 271,06 poin atau 3,79 persen menjadi 6.879,52.
Tekanan di saham muncul setelah pemerintah wilayah New York dan California akan melakukan pembatasan ketat pada wilayah tersebut. Ini dilakukan demi mengurangi penyebaran virus corona yang memicu kerusakan ekonomi di AS.
Gubernur New York, Andrew Cuomo, memerintahkan seluruh masyarakat yang tak memiliki kepentingan mendesak untuk tetap tinggal di rumah. Hal ini mengikuti langkah California yang telah menyerukan ‘tetap di rumah’ bagi seluruh warga di negara bagian tersebut.
Kebijakan yang diambil kedua negara bagian AS itu dinilai bisa mempengaruhi lebih dari 40 juta orang.
Ditambah dengan adanya rencana otoritas federal untuk menutup perbatasan dengan Kanada dan Meksiko, setelah lebih dari 12.000 orang AS terinfeksi virus corona.
“Pasar ekuitas masih berusaha untuk menangani seberapa buruk ekonomi akan terjadi, dan saya pikir berita seluruh negara yang ditutup mungkin memenuhi syarat sebagai semakin negatif,” kata Willie Delwiche, ahli strategi investasi di Robert W. Baird di Milwaukee.
Dampak virus corona telah menghapus pendapatan indeks S&P sekitar 32 persen atau USD 9 triliun. Angka kerugian ini lebih tinggi dari penutupan terendah indeks itu pada 19 Februari 2020.
Ketiga indeks utama mencatat penurunan mingguan terbesar sejak Oktober 2008, meskipun indeks Volatilitas CBOE – pengukur rasa takut Wall Street – turun di lebel 66,04. Ini memberikan sinyal bahwa sejumlah investor akan kembali bertransaksi
Investor saat ini juga mengandalkan stimulus dari Trump. Rencananya, Senat AS akan menyetujui anggaran stimulus itu yang mencapai total USD 1 trilun , termasuk bantuan uang tunai sebesar USD 1.000 bagi warna negara AS.
Sebuah jajak pendapat Reuters dari para ekonom menunjukkan, ekonomi global saat ini sudah mengalami resesi. Sementara analis di operator indeks pasar saham AS, S&P Global, mengatakan volatilitas lintas geografi dan kelas aset saat ini berada pada rekor tertinggi.
AT&T Inc anjlok 8,7 persen karena operator nirkabel itu mengatakan wabah corona kemungkinan besar akan berdampak pada material hasil keuangan dan membatalkan perjanjian pembelian kembali saham senilai USD 4 miliar.
Sektor maskapai naik 2,4 persen, setelah kehilangan lebih dari setengah nilainya sejak akhir Februari 2020.
Volume perdagangan di Wall Street mencapai 18,56 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 15,5 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.