Akhir Pekan Lalu, Wall Street Melemah Karena Investor Hati Hati

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street melemah pada akhir pekan lalu. Hal ini didorong investor yang lebih berhati-hati jelang pertemuan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) pada pekan ini.

Selain itu, peringatan dari perusahaan manufaktur AS, Broadcom, mengenai melemahnya permintaan global semakin membebani produsen chip dan menambah kekhawatiran perang dagang AS-China.

Dilansir Reuters, Senin (17/6), indeks saham Dow Jones (DJIA) merosot 17,16 poin atau 0,07 persen ke posisi 26.089,61. Indeks saham S&P 500 (SPX) melemah 4,66 poin atau 0,16 persen ke posisi 2.886,98. Indeks saham Nasdaq (IXIC) turun 40,47 poin atau 0,52 persen ke posisi 7.796,66.

Selama sepekan lalu, indeks acuan di Wall Street tercatat menguat. Indeks saham Dow Jones bertambah 0,4 persen, indeks saham S&P 500 menguat 0,5 persen, dan indeks saham Nasdaq menguat 0,7 persen.

Saham Broadcom Inc turun 5,6 persen setelah memangkas proyeksi pendapatan tahun ini sebesar USD 2 miliar. Hal itu didorong perang dagang antara AS-China serta pembatasan ekspor pada Huawei Technologies Co Ltd.

Perusahaan chip lainnya juga turun tajam seiring sumber produk dan penjualan besar di China. Indeks Philadelphia Semiconductor turun 2,6 persen.

Selama sesi perdagangan, saham Apple Inc tergelincir 0,7 persen. Sentimen tersebut menambah kekhawatiran permintaan global.

Di sisi lain, investor menanti pertemuan The Fed pada pekan ini. Investor berharap bank sentral AS dapat memangkas suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini. Bahkan sejumlah analis mengatakan, pelaku pasar akan menjual sahamnya jika The Fed gagal mengambil keputusan lebih dovish atau kurang agresif.

Indeks saham S&P 500 telah naik 4,9 persen pada Juni dan mencatatkan kenaikan pekan kedua berturut-turut, sebagian besar pada harapan penurunan suku bunga.

“Kami ingin mendapatkan sejumlah indikasi dari The Fed. Itu yang penting. Semua orang bertaruh kalau The Fed akan menurunkan suku bunganya, mungkin tidak pada Juni, tetapi segera,” ujar Direktur Performance Trust Capital Partners, Brian Battle.

Perang dagang antara AS dan China juga memberi investor alasan untuk bermain aman selama pekan lalu.

“Ini semacam kode ‘wait and see.’ Pelaku pasar tetap sangat dekat dengan tolok ukurnya,” tutur Direktur Per Stirling Capital Management, Robert Phipps.

Sementara itu, pertemuan G20 pada akhir bulan ini diharapkan dapat menghasilkan suatu kesepakatan.

Statistik China juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan industri di Mei 2019, merupakan yang terburuk dalam 17 tahun. Pertumbuhan output industri China pada Mei melambat di bawah harapan dan menunjukkan tanda-tanda melemahnya permintaan.

Sementara itu, data penjualan ritel AS meningkat pada Mei dan penjualan untuk bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi. Ini menunjukkan kenaikan dalam belanja konsumen yang dapat meredakan kekhawatiran ekonomi melambat pada kuartal II.

Volume perdagangan di Wall Street tercatat 5,85 miliar saham. Angka ini lebih rendah dari rata-rata perdagangan saham selama 20 sesi terakhir sekitar 6,83 miliar saham.

 

Leave a Comment