Kinerja pasar komoditas pada tahun 2023 agak mengecewakan, karena hanya harga emas dan perak yang mengalami kenaikan cukup signifikan. Harga berbagai komoditas lain justru berguguran, terutama batu bara. Bagaimana prospek komoditas pada tahun 2024? Apakah emas dan perak tetap prospektif, atau ada komoditas yang akan cuan lainnya?
GlobalData, sebuah perusahaan analisis terkemuka yang berbasis di Inggris, baru-baru ini merilis laporan hasil surveinya. Laporan tersebut menunjukkan lebih banyak ragam komoditas berpotensi mengalami kenaikan harga pada tahun 2024.
Sebanyak 35% responden menyebutkan harga lithium bakal meningkat paling pesat. Selain itu, sebanyak 23% responden masing-masing menjagokan emas dan tembaga. Sisanya merujuk pada platinum (6%), bijih besi (6%), alumunium (3%), batu bara thermal (3%), serta batu bara metalurgi (3%).
Harga lithium sempat tumbang pada tahun 2023 karena ketidakseimbangan supply dan demand. Di satu sisi, persediaan lithium berubah dari defisit menjadi surplus. Di sisi lain, permintaan lithium untuk kendaraan listrik ternyata lebih lemah daripada perkiraan sebelumnya. Kendati demikian, permintaan atas lithium berpotensi terus meningkat seiring dengan terus berkembangnya industri kendaraan listrik.
Emas juga tetap prospektif, meskipun telah menyentuh rekor tertinggi baru sepanjang masa pada tahun 2023. Alasannya, prospek harga emas tahun 2024 dapat terdongkrak oleh peningkatan ketidakpastian geopolitik dan tren penurunan suku bunga global.
Prospek tembaga lebih tidak menentu. Sebagian pihak optimistis terhadap prospek harga tembaga secara teknikal. Namun, sejumlah pakar mengingatkan bahwa harga tembaga kemungkinan akan terus tertekan oleh rapuhnya industri konstruksi global dan memudarnya pertumbuhan ekonomi China. Sektor properti China tengah menghadapi ancaman krisis utang dan lesunya penjualan, sehingga permintaan atas berbagai logam industri kemungkinan bakal melemah.
Prospek harga bijih besi sama pesimistisnya dengan tembaga. Demikian pula alumunium dan batu bara. Harga beragam komoditas tersebut sangat tergantung pada permintaan dari China, sehingga prospeknya tetap lesu selama perekonomian negeri Panda masih jatuh-bangun.
Sementara itu, prospek platinum akan tergantung pada ketersediaannya tahun 2024. Apabila defisit platinum tahun lalu terus berlanjut, harganya berpotensi naik lagi —jika tidak, harga platinum terancam menurun.
Tagged With : analisa fundamental • komoditas