Waspadai Lompatan Besar Dolar AS Di Semester Kedua 2019

Para trader forex diperingatkan untuk bersiap menghadapi pergerakan besar Dolar AS di tahun 2019 ini. Beberapa lembaga finansial terbesar dunia memperingatkan hal tersebut, terutama apabila volatilitas rendah yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir diasumsi sebagai sebuah petunjuk.

 

Sebagian Besar Palung Diikuti Dengan Lonjakan

Dalam 25 tahun terakhir, ada tiga palung yang telah terbentuk dalam Indeks Volatilitas Forex global versi JPMorgan. Di masing-masing cekungan ke bawah tersebut, terpantau bahwa Indeks Dolar AS bergerak naik sekitar 10 persen dalam waktu enam bulan setelahnya.

Sementara itu, menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg, pengukuran volatilitas saat ini diperdagangkan dalam level terendah lima tahun. Berdasarkan pengamatan historis dan kalkulasi media massa tersebut, sebuah palung volatilitas mata uang pada tahun 1996, merupakan awal mula terbentuknya lonjakan hingga lebih dari 10 persen pada Dolar AS. Sementara itu, kondisi pasar yang kalem pada tahun 2014, digebrak oleh lompatan Dolar AS hingga lebih dari 15 persen dalam kurun waktu enam bulan.

Namun demikian, memang tak semua kondisi volatilitas rendah selalu disusul dengan kenaikan. Pada tahun 2007 contohnya, kemerosotan volatilitas justru menjadi sinyal kejatuhan Dolar AS hingga lebih dari 10 persen.

“Kami mengamati bahwa pola semacam ini telah muncul sekali dalam beberapa waktu sebelumnya, dan di masing-masing (kandang) waktu, mereka (Dolar AS) akan diikuti dengan pergerakan (naik) yang besar,” tulis Callum Thomas, Founder and Head of Research di Topdown Charts, yang dikutip oleh Bloomberg.

Analis tersebut melanjutkan, hal itu akan sangat berarti besar bagi bullish maupun bearish Dolar AS. Namun, tidak akan cocok bagi mereka yang mengharapkan Dolar AS akan menghabiskan akhir tahun 2019 ini dengan berkutat di kondisi perdagangan yang ranging.

 

Waspadai Kembalinya Volatilitas Di Tengah Tren Dovish Bank Sentral

Ekspektasi akan adanya ayunan besar di pasar forex sempat memudar di tengah dovish-nya kebijakan bank-bank sentral global serta relinya aset-aset risiko tinggi setelah penurunan di akhir tahun 2018 lalu. Meski begitu, para ahli dari Morgan Stanley dan Canadian Imperial Bank of Commerce tetap memperingatkan pasar akan kemungkinan kembalinya pasar yang lebih volatile.

Leave a Comment