Indeks acuan di bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS), S&P 500 ditutup melemah untuk kelima kalinya berturut-turut pada Rabu (26/2).
Dikutip dari Reuters, Kamis (27/2), beruntungnya penurunan yang terjadi lebih lambat ketimbang beberapa hari terakhir. Ketiga indeks acuan Wall Street memang terpantau berfluktuasi karena investor bereaksi terhadap berita tentang coronavirus dan berusaha untuk mengantisipasi kejatuhan ekonomi.
Sempat naik sekitar 1,7 persen pada pagi hari, S&P 500 akhirnya mencapai level terendah setelah pejabat kesehatan di Nassau County, New York, mengatakan mereka tengah memantau 83 orang warganya yang baru saja mengunjungi China dan mungkin telah melakukan kontak dengan virus corona. Meski begitu, Gubernur Andrew Cuomo memastikan, tidak ada kasus virus corona yang dikonfirmasi.
Sebelumnya, Wall Street kehilangan kekuatan setelah Jerman mengonfirmasi bahwa kasus coronavirus mulai meningkat (epidemik) dan mereka tidak bisa lagi melacak semua kasus. Di sisi lain, Norwegia juga mengonfirmasi kasus pertama virus itu.
Volume perdagangan saham sebenarnya jauh lebih aktif daripada biasanya. Sebab beberapa investor merasa lega karena penurunannya lebih lambat. Indeks S&P berakhir turun 0,38 persen, lebih melambat dibandingkan dengan penurunan 6,3 persen dalam dua sesi sebelumnya.
“Reaksi default pasar ketika kondisi dalam bahaya atau ragu, mereka akan menjerit dan berteriak. Itulah yang kami lihat dalam beberapa hari terakhir,” kata Brad McMillan, Chief Investment Officer untuk Commonwealth Financial Network, broker-dealer independen di Waltham, Mass.
Dow Jones Industrial Average turun 123,77 poin atau 0,46 persen menjadi 26.957,59. Sementara S&P 500 turun 11,82 poin menjadi 3.116,39 dan Nasdaq Composite bertambah 15,16 poin atau 0,17 persen berakhir di level 8.980,78.
Dari 11 sektor utama S&P, sektor energi adalah penghambat terbesar dengan penurunan hampir 3 persen, sementara teknologi adalah yang terbaik dengan kenaikan 0,4 persen.
Banyak investor yang berhati-hati dalam membuat keputusan besar apalagi tanpa kejelasan tentang penyebaran virus.
“Pasar akan sangat gelisah sampai ada kepercayaan yang semakin meningkat bahwa virus ini mereda dan tidak akan menjadi pandemi global,” kata Draho, kepala alokasi aset Amerika di UBS Global Wealth Management, New York.
Volume perdagangan di Wall Street mencapai 11,86 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan rata-rata perdagangan saham selama 20 hari terakhir sebanyak 8,23 miliar saham. (*)