Indeks utama Wall Street anjlok lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Kekhawatiran dampak virus corona pada pertumbuhan global membuat investor semakin was-was.
Dilansir Reuters, Senin (3/2), indeks Dow Jones Industrial Average turun 417,36 poin atau 1,45 persen pada 28,442,08.
Begitu juga dengan indeks S&P 500 turun 42,71 poin atau 1,30 persen pada 3.240,95, dan Nasdaq Composite turun 105,21 poin atau 1,13 persen pada 9193,72.
S&P 500 turun lebih dari 2,5 persen dari rekor tertingginya akibat rantai pasok dan distribusi manufaktur hingga pariwisata yang terganggu virus corona.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan kondisi saat ini sebagai darurat global. Virus asal China ini telah menewaskan lebih dari 200 orang dan menginfeksi ribuan orang secara global.
Di sisi lain, Delta Air Lines dan American Airlines Group menyatakan akan menangguhkan semua penerbangan ke China sampai waktu yang belum ditentukan.
“Pasar lebih banyak terpengaruh oleh virus corona dibandingkan SARS pada 2003. Nilai aset juga jauh lebih tinggi di 2020, yang berarti saat ini sudah sangat rentan terhadap sentimen global,” kata Seema Shah, kepala strategi di Principal Global Investors.
Indeks aktivitas manufaktur Midwest AS merosot ke level terendah selama empat tahun terakhir di Januari 2020. Permintaan baru dan produksi juga anjlok.
Amazon.com Inc merupakan salah satu perusahaan yang cemerlang, naik 9 persen pada kuartal IV. Perusahaan asal China ini memiliki kapitalisasi pasar senilai USD 1 triliun.
Keuntungan di Amazon membantu indeks konsumsi naik 1,7 persen. Sementara semua sub-sektor lainnya berada di zona merah, termasuk sektor energi yang anjlok 2,5 persen.
Perusahaan minyak, Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp, turun sekitar 3 persen setelah hasil yang mengecewakan di kuartal IV 2019.
Tak hanya itu, sektor bahan baku, teknologi, industri, dan keuangan masing-masing turun sekitar 2 persen. Visa Inc juga turun 3,7 persen akibat pendapatan yang di bawah perkiraan analis.