Indeks Utama Wall Street turun tajam pada penutupan perdagangan Rabu (11/3). Penurunan ini disebabkan kekhawatiran investor terhadap langkah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam menangani penyebaran virus corona.
Berdasarkan laporan Reuters, Kamis (12/3), Indeks acuan S&P 500 yakni 17,6 persen di bawah puncak tertingginya pada 19 Februari. Jika ditutup 20 persen di bawah rekor penutupan tertinggi hanya dari tiga minggu lalu, indeks akan mengkonfirmasi pasar bearish.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 785,32 poin atau 3,14 persen menjadi 24.232,84, lalu S&P 500 turun 85,23 poin atau 2,96 persen menjadi 2.797,00. Nasdaq Composite turun 218,11 poin atau 2,61 persen, menjadi 8.126,15.
Sementara Nike Inc turun 5,1 persen, terbesar di antara komponen blue-chip Dow Industrials, setelah saingannya Adidas dan Puma menandai penjualan hit di China karena wabah.
Sebelumnya, Wall Street sempat rebound lantaran Donald Trump berencana membuat paket stimulus fiskal, salah satunya dengan memangkas pajak gaji karyawan.
Trump memang sudah melakukan pertemuan di Senat AS demi membahas kelanjutan wacana pemotongan pajak gaji tersebut, Selasa. Namun, tidak ada langkah konkret yang diumumkan usai pertemuan itu.
“Ini harus menjadi upaya yang terkoordinasi. Presiden tidak bisa secara sepihak mengambil tindakan. Dia membutuhkan Kongres, yang merupakan perpanjangan tangan pembiayaan pemerintah,” kata Kim Forrest, kepala investasi di Bokeh Capital Partners di Pittsburgh.
Merebaknya virus corona telah memaksa bank-bank sentral dan pemerintahan dunia mengambil langkah cepat untuk meredam dampak buruk yang ditimbulkan. Teranyar adalah keputusan Bank of England untuk memangkas suku bunga 50 bps ke 0,25 persen secara mendadak.
Federal Reserve AS juga diperkirakan akan memangkas suku bunga untuk kedua kalinya bulan ini saat melakukan pertemuan minggu depan untuk membicarakan Treasury lebih jauh.