Tiga indeks acuan di bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS) kompak anjlok pada Senin, (24/2). Dikutip dari Reuters, Selasa (25/2), anjloknya indeks acuan AS disebabkan karena investor panik setelah kasus virus corona di luar China justru melonjak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran soal dampak ekonomi global.
Investor melakukan aksi jual pada aset berisiko dan beralih ke investasi tradisional yang lebih aman seperti emas dan US Treasury. Hal ini terjadi setelah negara-negara termasuk Iran, Italia, dan Korea Selatan justru melaporkan peningkatan kasus virus corona selama akhir pekan. Padahal China sudah mulai melonggarkan pembatasan dan tak ada lagi kasus baru yang dilaporkan di Beijing dan kota-kota lain.
Indeks acuan S&P 500 dan indeks blue-chip berada di level paling negatif selama tahun ini. Dow turun lebih dari 1.000 poin, ini merupakan penurunan harian terbesar ketiga kalinya dalam sejarah. Tak hanya Dow, S&P juga mencatat persentase penurunan satu hari terbesar sejak Februari 2018.
“Kami tidak akan membuat kemajuan lebih tinggi sampai kami memiliki bukti penyebaran virus corona melambat,” ujar Mark Luschini, kepala strategi investasi di Janney Montgomery Scott di Philadelphia.
Dow Jones Industrial Average turun 1.031,61 poin, atau 3,56 persen menjadi 27.960,8. Sedangkan S&P 500 kehilangan 111,86 poin, atau 3,35 persen menjadi 3.225,89 dan Nasdaq Composite turun 355,31 poin, atau 3,71 persen menjadi 9.221,28.
Semua dari 11 sektor S&P utama ditutup di zona merah, dipimpin oleh penurunan 4,7 persen di sektor energi dan diikuti oleh penurunan 4,2 persen dalam stok teknologi. Apple Inc turun 4,8 persen karena data menunjukkan penjualan smartphone di China anjlok lebih dari sepertiga di Januari.
Tiga indeks utama Wall Street telah mencatat rekor tertinggi pekan lalu. Sebagian disebabkan karena optimisme bahwa ekonomi global, akan dapat pulih kembali setelah pelemahan jangka pendek akibat virus corona.
Volume perdagangan di Wall Street mencapai 10,51 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan rata-rata perdagangan saham selama 20 hari terakhir sebanyak 7,79 miliar saham.