Wall Street Anjlok dalam Enam Pekan Terakhir

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street mengalami penurunan tajam dalam enam pekan terakhir. Data ketenagakerjaan dan manufaktur yang anjlok menandakan perang dagang semakin merontokkan ekonomi AS.

Tak hanya itu, pemerintah AS juga mendapatkan restu dari parlemen untuk memungut tarif impor senilai USD 7,5 miliar barang Eropa atas subsidi ilegal yang diserahkan ke Airbus (AIR.PA). Hal ini pun dinilai akan memicu perang dagang antarsamudera.

Dilansir Reuters, Kamis (3/10), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,86 persen menjadi 26.078,62, indeks S&P 500 (SPX) kehilangan 1,79 persen menjadi 2.887,61, dan Nasdaq Composite (IXIC) turun 1,56 persen menjadi 7.785,25.

Seluruh sektor di indeks utama S&P turun. Bahkan sektor energi dan keuangan masing-masing turun lebih dari 2 persen.

Laporan Ketenagakerjaan Nasional AS menunjukkan pertumbuhan gaji swasta pada Agustus 2019 tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya. Pelaku bisnis dinilai lebih berhati-hati dalam perekrutan karyawan, sementara perusahaan kecil menjadi sangat ragu untuk berbisnis.

Selain itu, aktivitas pabrik AS jatuh ke level terendah dalam lebih dari satu dekade.

“Fakta bahwa sisi manufaktur ekonomi di AS dan secara global sedang melakukan hal yang buruk, tidak seharusnya menjadi berita baru bagi siapa pun,” kata Greg Boutle, kepala strategi ekuitas dan derivatif AS di BNP Paribas.

Data perekonomian AS yang lemah tersebut mengguncang kepercayaan investor, yang selama ini menunjukkan ketahanan dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan global. Keyakinan investor pada ekonomi AS juga telah membantu mendukung Wall Street tahun ini.

“Jika China membeli lebih sedikit dari kami, kami memiliki lebih sedikit untuk diproduksi, lebih sedikit pesanan untuk diisi. Data ini menunjukkan kita tidak kebal terhadap sengketa perdagangan ini, yang merugikan kita dan juga China,” kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research.

Indeks S&P 500 dan Dow tergelincir untuk pertama kalinya selama sebulan ini. Banyak investor percaya bahwa indeks yang jatuh di bawah rata-rata itu menunjukkan keadaan yang buruk.

Saat ini, indeks S&P 500 turun lebih dari 5 persen di bawah rekor tertingginya pada Juli 2019. Selama setahun ini, S&P 500 turun sekitar 1 persen.

Indeks Volatilitas CBOE, ukuran kecemasan investor yang berbasis opsi, naik 1,9 poin menjadi 20,47 poin, tertinggi dalam sebulan.

Activision Blizzard Inc (ATVI.O) turun 1,2 persen setelah Bernstein menurunkan saham pembuat video game menjadi “market perform.”

Saham Ford Motor Co (F.N) turun 3,3 persen setelah produsen mobil itu melaporkan penjualan di kuartal III 2019 turun 5 persen.

General Motors Co (GM.N) merosot 4,0 persen setelah penjualan kuartalannya sedikit di bawah perkiraan.

Sementara itu, saham pengembang rumah Lennar Corp (LEN.N) naik 3,8 persen, setelah perusahaan melaporkan laba yang lebih baik dari perkiraan karena suku bunga yang lebih murah menyebabkan permintaan rumah meningkat.

Volume perdagangan di Wall Street mencapai 8,0 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 7,3 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

 

Leave a Comment