Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kembali melesat usai penundaan rencana tarif baru pada impor barang China. Ini membuat para investor kembali masuk ke pasar ekuitas.
Dilansir Reuters, Rabu (14/8), Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 372,54 poin atau 1,44 persen menjadi 26.279,91, indeks S&P 500 (SPX) naik 42,48 poin atau 1,47 persen menjadi 2.926,23, dan Nasdaq Composite (IXIC) menambahkan 152,95 poin atau 1,95 persen menjadi 8.016,16.
Saham-saham teknologi, dipimpin oleh Apple Inc (AAPL.O), memimpin ketiga indeks utama AS, meredakan kekhawatiran perang dagang AS-China dan tanda-tanda resesi yang akan terjadi.
Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, mengatakan bahwa Washington akan menunda mengenakan tarif 10 persen tambahan pada barang-barang utama China, termasuk laptop dan ponsel, dari yang semula akan dilaksanakan pada bulan depan.
Mainan dan alas kaki termasuk di antara barang-barang China yang untuk sementara terhindar dari tarif tambahan.
“Ini memberikan beberapa optimisme perdagangan. Kami memasuki akhir musim pendapatan, sehingga berita geopolitik dan makroekonomi akan mendominasi arah pasar untuk beberapa minggu ke depan,” kata Joseph Sroka, kepala investasi di NovaPoint di Atlanta.
Saham Apple, yang mendapat manfaat dari penundaan tarif, naik 4,2 persen pada Nasdaq, sedangkan Philadelphia SE Semiconductor Index SOX naik 3,0 persen.
Dari sisi sentimen makroekonomi, inflasi inti AS selama Juli 2019 tumbuh 2,2 persen (yoy). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak enam bulan terakhir sekaligus di atas target The Fed sebesar 2 persen (yoy).
Namun demikian, rilis inflasi kemungkinan tak akan mengubah ekspektasi pasar untuk pemangkasan suku bunga The Fed, karena masih adanya isu perang dagang AS-China dan perlambatan ekonominya.
“Masalah perdagangan benar-benar dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Dan jika The Fed memotong suku bunga pada September, itu dapat dianggap sebagai jaring pengaman, untuk menjadi proaktif daripada menunggu sampai terlambat,” tambah Sroka.
Spread imbal hasil obligasi pemerintah AS atau US Treasury antara tenor dua tahun dan sepuluh tahun mencapai level tertinggi dalam 12 tahun, mencerminkan kecemasan atas perdagangan dan gejolak geopolitik. Namun imbal hasil kembali meningkat setelah adanya berita penundaan tarif.
Semua sektor utama dalam S&P 500 ditutup di zona hijau, dengan teknologi (SPLRCT) dan konsumen (SPLRCD) mencatatkan persentase kenaikan terbesar.
Nike Inc (NKE.N) naik 2,0 persen, sementara produsen tobo Hasbro Inc (HAS.O) dan Mattel Inc (MAT.O) masing-masing naik 2,7 persen dan 4,6 persen.
Saham CBS Corp (CBS.N) dan Viacom Inc (VIAB.O) masing-masing naik 1,4 persen dan 2,4 persen, setelah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan tersebut telah mencapai kesepakatan secara prinsip mengenai merger yang akan mereka lakukan.
Musim pendapatan kuartal II telah mencapai putaran terakhir, dengan 453 perusahaan di S&P 500 telah melaporkan kinerjanya. Hasilnya, 73,3 persen perusahaan mengalahkan proyeksi analis
Pertumbuhan laba S&P 500 di kuartal II sebesar 2,9 persen (yoy), naik signifikan dari estimasi 0,3 persen (yoy).
Volume perdagangan di Wall Street mencapai 7,95 miliar saham, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 7,34 miliar saham selama 20 hari perdagangan terakhir.