BURSA saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street jatuh pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Hal ini lantaran Presiden AS Donald Trump tengah mempertimbangkan untuk menghapus sejumlah perusahaan China dari bursa saham AS, yang semakin meningkatkan kekhawatiran dan eskalasi perang dagang.
Langkah tersebut bertujuan untuk membatasi investasi AS di perusahaan-perusahaan China, kata sumber Reuters.
Dilansir Reuters, Senin (30/9), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 70,87 poin atau 0,26 persen menjadi 26.820,25, indeks S&P 500 (SPX) kehilangan 15,83 poin atau 0,53 persen menjadi 2.961,79 dan Nasdaq Composite (IXIC) turun 91,03 poin atau 1,13 persen menjadi 7,939.63.
Pembicaraan perdagangan tingkat tinggi antara Washington dan Beijing dijadwalkan pada 10-11 Oktober mendatang.
“Jika kebijakan Trump tersebut memicu aksi jual besar-besaran di Shanghai, di mana itu menciptakan masalah bagi China, itu dapat berdampak negatif pada negosiasi perdagangan, yang seharusnya dimulai pada 10 Oktober,” kata Michael O’Rourke, Kepala Strategi Pasar di JonesTrading di Greenwich, Connecticut.
Indeks semikonduktor Philadelphia yang sensitif terhadap tarif (SOX) memperpanjang penurunannya, yakni anjlok 2,4 persen pada hari itu.
Indeks teknologi S&P (SPLRCT) turun 1,3 persen. Saham yang terdaftar di AS, Alibaba Group Holding Ltd (BABA.N), Baidu Inc (BIDU.O), dan JD.com Inc (JD.O) juga ikut turun.
S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan persentase mingguan terbesar sejak Agustus 2019. Indeks volatilitas berakhir pada level tertinggi selama tiga pekan.
Sementara itu, Saham Wells Fargo & Co (WFC.N) naik 3,8 persen dan merupakan saham teratas di S&P 500, setelah pemberi pinjaman menunjuk veteran perbankan Charles Scharf sebagai chief executive officer.
Volume perdagangan di Wall Street adalah 6,68 miliar saham, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 7,2 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.