Tapera Jadi Kontroversi, Bagaimana Dampaknya pada Saham?

Tapera menjadi salah satu isu paling panas pekan ini. Segera setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan kewajiban iuran Tapera sebesar 3% dari gaji untuk pegawai swasta dan pekerja mandiri efektif mulai tahun 2027, netizen mengkritik dengan berbagai cara. Terlepas dari itu, bagaimana perkiraan dampak Tapera terhadap saham-saham Indonesia?

Dampak Tapera Terhadap Saham

Banyak pakar mengkritik iuran Tapera dapat mengurangi daya beli masyarakat sekaligus menambah beban perusahaan. Konsumsi masyarakat berisiko melemah, sehingga Tapera dapat berpengaruh negatif bagi saham-saham dari semua sektor.

Hanya tiga sektor saham yang berpotensi untung dari kebijakan ini, yakni sektor properti, perbankan, dan bahan bangunan. Begitupun, tak semua saham dari ketiga sektor itu bakal cuan.

  • Saham Properti

Dana yang terakumulasi dari iuran Tapera itu tidak akan langsung tersalurkan dalam bentuk pembelian hunian bagi peserta. Peserta yang dapat mengajukan pembiayaan hunian melalui Tapera hanyalah mereka yang berpendapatan sangat rendah dan belum memiliki rumah. Dengan kata lain, Tapera hanya berpotensi meningkatkan permintaan untuk properti kelas bawah.

Para pengembang properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia umumnya berfokus pada segmen kelas menengah ke atas. Apabila tidak ada perubahan dalam segmen bisnisnya, maka kenaikan harga saham properti di tengah isu Tapera ini hanya bersifat sementara.

  • Saham Perbankan

Saham perbankan prospektif di tengah isu ini hanyalah saham-saham dari bank penyedia pembiayaan perumahan yang berfokus pada masyarakat menengah ke bawah. Khususnya, Bank BTN (BBTN) yang terkenal sebagai “Raja KPR Indonesia”.

  • Saham Bahan Bangunan

Apabila kehadiran Tapera mendorong pembangunan lebih banyak perumahaan kelas menengah ke bawah, maka dapat mendongkrak permintaan bahan bangunan seperti semen, keramik, dan cat. Pada gilirannya, peningkatan penjualan berpotensi mendongkrak saham-saham SMGR, INTP, AVIA, ARNA, AMFG, MLIA, dan TOTO.

Di saat yang sama, proyeksi peningkatan permintaan bahan bangunan itu juga belum tentu terealisasi. Apabila potongan iuran Tapera justru menekan permintaan bahan bangunan karena lebih banyak orang yang menunda rencana pembangunan/renovasi hunian mereka, maka penjualan emiten pada sektor ini malah terancam melemah.

Tagged With :

Leave a Comment