Strategi Membangun Komunikasi Efektif Berlandaskan Kasih Sayang, Bukan Rasa Takut

Kepemimpinan memainkan peran penting dalam membentuk budaya di tempat kerja. Budaya tersebut khususnya akan berkembang jika dilandasi dengan semangat untuk membangun hubungan yang lebih kuat. Ketika staf dan tim anda memiliki hubungan yang erat satu sama lain, maka apapun pekerjaan yang dihasilkan dan waktu yang dihabiskan di tempat kerja akan terasa semakin berarti. Ketika seluruh staf merasa senang, merasakan ikatan, serta merasa didukung oleh rekan kerjanya, maka hal itu akan tercermin dari kinerja yang lebih baik. Di sinilah pentingnya membangun komunikasi yang efektif, jika anda berkomitmen untuk membangun lingkungan kerja yang kondusif dan efektif.

Strategi Membangun Komunikasi Efektif di Lingkungan Kerja

Berikut adalah beberapa strategi membangun komunikasi efektif dan hubungan interpersonal yang lebih kuat di lingkungan kerja:

membangun komunikasi efektif

Pilih Kasih Sayang, Bukan Rasa Takut

Kesadaran terbaik itu adalah ketika pemikiran, keputusan, dan tindakan-tindakan kita sudah didasarkan pada kasih sayang, bukan rasa takut. Sebagai manusia, kita kerap digerakkan oleh satu dari dua emosi: yakni, kasih sayang atau rasa takut. Dan sesungguhnya, kitalah yang berhak menentukan mana yang menjadi landasan dalam bertindak. Bayangkan jika “Kasih sayang, bukan rasa takut” menjadi nilai-nilai pokok yang dipegang oleh semua orang di dalam perusahaan. Tentu suasana kerja akan semakin menyenangkan, bukan?

Ketika kita berada dalam kondisi yang penuh kasih sayang, maka kita akan mencintai apa yang dilakukan setiap saat. Hal ini akan tercermin dari apa yang kita hasilkan dan bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain. Dibanding fokus pada hal-hal yang membuat kita khawatir, mengapa kita tidak fokus membangun nilai yang merupakan ungkapan dari kasih sayang?

Ketahui Pengaruh Kata-Kata

Kita tentu sepakat bahwa kata-kata berarti lebih banyak daripada tindakan, dan di sinilah kita menyadari pentingnya membangun komunikasi efektif di tempat kerja. Sebagai pemimpin, setiap kata-kata yang keluar dari mulut kita akan membawa arti. Kita bisa mengangkat diri sendiri atau orang lain melalui kata-kata. Sebaliknya, ketika kita menyadari bahwa ada kata-kata tertentu yang membawa dampak negatif, maka kita akan berupaya untuk tidak menggunakannya lagi di hadapan karyawan atau rekan kerja. Pemimpin bisa membagi pengetahuan ini kepada orang lain, dan menunjukkan bagaimana kata-kata yang lebih baik akan menghasilkan pola pikir yang lebih positif di tempat kerja.

Hilangkan Kata-Kata “Mencoba”

Pepatah mengatakan: “Lakukan, atau tidak, tidak ada  kata coba” Ungkapan ini menunjukkan bahwa anda akan “mencoba” sesuatu, dan maknanya berbeda jauh dengan anda akan “melakukan” sesuatu. Kata-kata mencoba adalah cara yang tidak efisien untuk berkomunikasi. Sebaliknya, mengatakan bahwa anda “akan melakukan” sesuatu adalah cara paling efisien untuk menyampaikan bahwa anda tidak hanya sekedar melakukan sesuatu, namun lebih dari itu. Dua kata “mencoba dan melakukan” menunjukkan perbedaan antara komitmen dengan kurangnya komitmen.

Misalnya, ketika seseorang mengatakan bahwa ia akan menjemput anda di bandara, maka anda tidak bisa mengandalkannya, karena belum tentu anda benar-benar dijemput. Jadi, cobalah menghilangkan kata “mencoba” saat berkomunikasi di tempat kerja. Dari sudut pandang psikologi, kata-kata “mencoba” biasanya berakar dari rasa khawatir. Selain itu, ketika  kita benar-benar berkomitmen, di situlah keajaiban terjadi.

Ganti Kata “Harus” menjadi “Ingin”

Seperti dibahas di atas, permainan kata yang perlu diperhatikan dalam membangun komunikasi efektif di tempat kerja adalah menghilangkan kata-kata yang dapat mempengaruhi motivasi kita secara negatif. Ketika berkomunikasi, kita mungkin sering mengatakan bahwa kita “harus” atau “mesti” melakukan sesuatu. Hal ini juga kurang baik. Faktanya, kita sesungguhnya melakukan apa yang kita “ingin” lakukan, jika tidak, kita tidak akan melakukannya. Bahkan termasuk pada kasus olah raga atau ke dokter. Kita “ingin” pergi karena kita ingin mendapatkan hasil yang baik, bukan?

Sebaliknya, di belakang kata “harus” atau “mesti” tersirat makna rasa takut atau merasa terancam.  Sementara itu, kata “ingin” mewakili komitmen yang berasal dari dalam diri kita. Jadi, sebagai pemimpin, cobalah untuk menggunakan kata-kata yang bermakna positif, dan gunakan hal itu sebagai contoh teladan untuk memotivasi staf dan anggota tim.

Jadilah Pendengar Aktif

Mendengarkan secara aktif artinya mendengarkan dengan penuh perhatian dan berusaha memahami, bukan sekedar mendengar untuk menjawab. Artinya, anda benar-benar ada, dan memahami apa yang disampaikan seseorang, menjaga kontak mata, mendengar tanpa menilai, dan mengajukan pertanyaan dengan jawaban terbuka (open-ended question), serta berusaha merangkum atau mengulang kembali apa yang disampaikan lawan bicara sebelumnya. Dengan mendengar secara aktif, staf anda akan merasa didengar dan diperhatikan, dan sebaliknya, anda juga lebih memahami situasi mereka.

Membangun dan menjaga budaya organisasi tidaklah sulit, terutama jika anda sebagai pemimpin berusaha membangun komunikasi efektif, yang mampu mendorong transparansi, akuntabilitas, dan perkembangan personal. Dengan mempromosikan dan menerapkan komunikasi yang menggunakan bahasa afirmatif dan kejujuran pada diri sendiri dan orang lain, kita bisa menciptakan suatu lingkungan kerja positif, dan membangun hubungan yang lebih mendalam dengan sesama rekan kerja. Efek yang positif membantu sebuah bisnis tumbuh dan berkembang.

Tagged With :

Leave a Comment