Menurut sebuah studi terbaru, budaya toksik di lingkungan kerja adalah penyebab terbanyak ketiga di balik banyaknya karyawan yang berhenti dari pekerjaannya dan berusaha mencari peluang yang lebih baik. Sebaliknya, budaya organisasi yang kuat bisa membantu mendorong inovasi, mempercepat pertumbuhan, meningkatkan retensi, dan alhasil, membuat karyawan lebih produktif dan bahagia. Oleh sebab itu, membangun budaya organisasi yang kuat dan sehat bukan hanya suatu kewajiban, namun juga kebutuhan.
Bagaimana Membangun Budaya Organisasi Yang Kuat?
Budaya organisasi yang positif tidak datang secara kebetulan. Namun, anda harus membentuk dan mengembangkannya secara konsisten dari waktu ke waktu. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan pengusaha untuk membangun budaya organisasi yang tepat:
Sampaikan Visi Anda
Salah satu hal terbaik yang bisa dilakukan seorang pengusaha adalah menyampaikan visinya kepada seluruh lini di perusahaan. Kebanyakan pengusaha memiliki bakat marketing bawaan. Mereka memiliki ide dan biasanya gemar menceritakannya kepada siapa saja yang mau mendengarkannya. Di satu sisi, pengusaha kerap fokus untuk menjual visi, produk, dan jasa kepada konsumen. Di sisi lain, menyampaikan visi tersebut kepada tim kerjanya justru lebih penting. Untuk membangun suatu budaya organisasi yang sukses, tim anda harus paham dan seide dengan visi anda. Artinya, merekalah semestinya orang pertama yang mendapatkan informasi tentang visi anda.
Buat Sesederhana Mungkin
Steve Jobs pernah berkata: “Hal sederhana bisa jadi lebih sulit daripada hal sulit: anda harus bekerja keras untuk membuat pola pikir anda jelas dan sederhana. Namun pada akhirnya, kerja keras itu tidak sia-sia. Begitu anda mencapai pola pikir sederhana itu, anda bisa memindahkan gunung.” Kondisi ini ada benarnya, khususnya dalam kaitannya dengan upaya membangun budaya organisasi.
Banyak pengusaha membuat kesalahan saat menyusun informasi – terutama berkaitan dengan budaya organisasi. Akibatnya, informasi tersebut terlalu rumit. Jadi, budaya organisasi yang dibangun mestinya sederhana dan jelas. Hal ini semakin penting ketika perusahaan semakin berkembang dan memiliki ratusan dan bahkan ribuan karyawan.
Ketika perusahaan tumbuh, memiliki lebih banyak karyawan, menghadapi tantangan yang berbeda-beda, dan melakukan perluasan jangkauan pasar, maka budaya dan filosofi dasar perusahaan akan lebih mudah terabaikan dan bahkan bisa menghilang di tengah kesibukan perusahaan. Jadi, pastikan budaya organisasi dibangun sesederhana mungkin, sehingga selalu diingat dan mudah diterapkan, apapun tantangan yang mungkin dihadapi di masa mendatang.
Jauhkan Navel-Gazer
Istilah “navel-gazing” atau memandang pusar terkadang digunakan dalam ilmu meditasi, namun dalam budaya populer, istilah ini mengacu kepada seseorang yang begitu egois dan mementingkan diri sendiri, sehingga mereka terlihat seolah-olah terus-menerus memandangi pusarnya sendiri. Salah satu ciri khas dari orang-orang egois ini adalah merasa paling berperan untuk setiap hal baik yang dicapai dan tidak bertanggung jawab atas setiap kesalahan yang terjadi.
Orang-orang dengan tingkat egoisme tinggi ini menjadi toksik bagi budaya organisasi. Tidak ada untungnya mempertahankan orang-orang semacam ini di perusahaan anda. Mereka bisa menghambat pertumbuhan tim dan menimbulkan suasana yang tidak kondusif. Dengan kata lain, anda harus mencari cara memecat dan mengganti mereka sesegera mungkin dengan cara yang sehalus mungkin.
Jadilah Seorang Pemandu Sorak
Salah satu peran seorang pemimpin yang semestinya dijalankan namun jarang disadari adalah menjadi ‘pemandu sorak’ bagi timnya. Seorang pemimpin harus membantu karyawannya, sehingga mereka merasa tenang dengan apa yang mereka lakukan dan merasa percaya diri bahwa mereka bisa melakukannya dengan baik. Menjadi seorang pemandu sorak yang baik memberi ruang kepada tim untuk berbuat salah dan belajar dari kesalahannya. Hal ini terkadang sulit, terutama bagi pengusaha yang memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin mereka capai dan bagaimana cara mencapainya.
Namun, untuk membangun budaya organisasi yang sehat, terkadang kita harus mundur selangkah, memberi ruang bagi orang lain untuk melakukan kesalahan, dan membiarkan mereka belajar dari kesalahannya, sehingga mereka memiliki kepercayaan diri bahwa mereka bisa berbuat lebih baik di masa mendatang. Budaya yang seperti ini akan memberdayakan karyawan untuk melakukan yang terbaik. Karena mereka menghargai kepercyaan yang anda perlihatkan dan ruang untuk melakukan kesalahan yang anda sediakan, mereka akan bekerja lebih keras.
Jangan Menyepelekan Pentingnya Budaya Organisasi
Budaya ibarat DNA bagi sebuah perusahaan. Budaya yang baik dapat mendorong perusahaan untuk tumbuh lebih cepat dengan cara yang bahkan tidak pernah bisa diperkirakan sebelumnya. Agar hal ini berjalan dengan baik, anda sebagai pemimpin jangan pernah menyepelekan nilai dari sebuah budaya yang kuat. Sebuah perusahaan bisa saja memiliki produk atau jasa yang luar biasa bagus, namun jika tidak memiliki budaya yang kuat, hampir mustahil bagi perusahaan tersebut untuk sukses. Sebaliknya, sebuah perusahaan bisa jadi memiliki produk atau jasa level rata-rata, namun dengan budaya yang kuat, maka hanya langit yang akan menjadi batasan kesuksesannya.
Tagged With : manajemen bisnis • manajemen SDM