Di dunia bisnis yang berkembang cepat seperti saat ini, bahkan perubahan kecil sekalipun dapat membawa dampak yang signifikan. Layaknya di alam, di mana interaksi sederhana bisa menghasilkan sistem adaptif kompleks, dunia bisnis juga beroperasi dalam jejaring yang kompleks. Di sinilah perlunya suatu model kultural berupa sistem yang adaptif, yakni sebuah pendekatan pragmatis dalam mengeksplorasi perubahan bisnis modern. Sistem adaptif kompleks dalam strategi manajemen perusahaan diperlukan untuk memudahkan perusahaan menyesuaikan diri dengan iklim yang berubah-ubah.
Lalu, apa yang membuat model ini berbeda dari kerangka keorganisasian lainnya yang ada di luar sana? Sistem adaptif kompleks terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi satu sama lain, saling beradaptasi dan berkembang seiring waktu. Sistem ini ditemukan di alam, di dunia perekonomian, maupun di masyarakat. Model kultural ini menekankan bagaimana manusia saling berbagi keyakinan, nilai, norma, dan simbol-simbol yang mempengaruhi perilaku para agen di dalam sistem dan membentuk evolusinya seiring waktu.
Layaknya sel yang merupakan unit fungsi dasar suatu organisme, seperti pada model CAS, perusahaan adalah unit fungsi dasar perekonomian. Sel bergantung pada sinyal-sinyal yang dikirim dari sel lain agar bisa berfungsi secara tepat di dalam jaringan atau organ. Sementara itu, perusahaan bergantung pada interaksi dengan perusahaan lain, konsumen, maupun pemegang sahamnya agar bisa tumbuh dan berkembang.
Strategi Manajemen Perusahaan: Mengenali Sumber Evolusi Perusahaan
Seiring waktu, organisme berkembang sebagai respon terhadap tantangan di lingkungannya. Begitu juga perusahaan. Misalnya, sebuah perusahaan bisa berkembang sebagai respon terhadap tuntutan pasar atau perubahan teknologi, dengan meluncurkan produk baru atau melakukan restrukturisasi. Nah, agar strategi manajemen perusahaan anda selalu adaptif terhadap perubahan, bahkan evolusi, maka perusahaan harus bisa mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat memicu evolusi perusahaan, antara lain:
- Keadaan darurat: Bagaimana pola dan perilaku baru muncul. Keadaan darurat menggambarkan bagaimana interaksi sederhana di level mikro sekalipun bisa menghasilkan struktur dan perilaku yang kompleks di level makro. Analoginya, semut-semut kecil yang mengikuti aturan sederhana secara kolektif bisa membentuk koloni yang kompleks. Demikian juga dengan perilaku dan tindakan individu di sebuah organisasi bersatu untuk membentuk suatu pola atau budaya yang lebih besar.
- Dinamika non-linear: perubahan kecil yang menimbulkan efek signifikan. Seperti halnya teori “butterfly effect”, di mana seekor kupu-kupu kecil yang mengepakkan sayapnya secara hipotetis bisa menimbulkan tornado. Di sebuah perusahaan, tindak kecil atau keputusan yang tidak linera bisa memicu dampak yang sangat besar, baik positif maupun negatif. Akibatnya, para pemimpin di perusahaan harus waspada terhadap perubahan atau keputusan kecil sekalipun, karena dampaknya bisa sangat signifikan dan di luar perkiraan.
- Adaptasi dan pembelajaran: perlunya pembelajaran dan penyesuaian diri secara terus-menerus. Sama halnya dengan organisme yang beradaptasi dengan lingkungannya dari generasi ke generasi melalui seleksi alam, perusahaan harus belajar terus-menerus dari pasar dan para saingannya, agar mampu beradaptasi dengan lansekap bisnis yang berubah-ubah. Mereka yang belajar cepat dan menyesuaikan strateginya dengan cepat biasanya memiliki kinerja lebih baik dibanding mereka yang tetap statis.
- Keanekaragaman dan interkonektivitas: tangguh menghadapi situasi yang berbeda-beda. Ekosistem yang beranekaragam dan berbeda-beda cenderung lebih tangguh, karena mereka tidak mengandalkan satu spesies atau sumber daya saja. Perusahaan yang memiliki karyawan dari latar belakang yang berbeda-beda, keahlian yang berbeda serta perspektif yang berbeda-beda cenderung memiliki kerangka ide daan solusi yang lebih luas. Mereka memiliki inovasi dan kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik.
Strategi Manajemen Perusahaan: Menerapkan Model Kultural Menghadapi Perubahan
Bagaimana anda menerapkan prinsip sistem kompleks ini untuk menghadapi perubahan kultural yang terjadi di perusahaan anda? Beberapa strategi berikut mungkin dapat mempermudah anda menyesuaikan strategi manajemen perusahaan:
Budaya Diagnostik
Sebelum memperkenalkan sebuah perubahan, lakukanlah penilaian terhadap budaya organisasi yang ada, agar anda bisa memahami apa nilai, perilaku, dan praktek yang dianut oleh perusahaan. Survei, diskusi terarah, dan wawancara satu per satu bisa membantu anda mengukur bagaimana perusahaan karyawan dan menemukan area yang memerlukan perbaikan.
Daripada menerapkan perubahan secara drastis, cobalah mulai dengan intervensi kecil namun strategis. Misalnya, lakukan perubahan sistem pemberian feedback atau perubahan alur kerja tertentu, yang mungkin dapat memicu perubahan lebih besar di perusahaan. Melalui dinamik non-linear semacam ini, perusahaan bisa membawa budaya perubahan tanpa pergolakan yang berarti.
Pastikan Feedback secara Kontinyu
Bangun suatu sistem pemberian feedback secara reguler, misalnya, rapat rutin atau inspeksi ke masing-masing departemen untuk mengukur efektivitas inisiatif perubahan tersebut. Dengan cara ini, perusahaan bisa mengambil langkah perbaikan dan memastikan bahwa proses perubahan strategi manajemen perusahaan tersebut tetap sejalan dengan hasil yang diinginkan. Cara ini juga membantu mendorong munculnya suatu budaya, yang menghargai adaptabilitas dan belajar dari pengalaman.
Terakhir, bangunlah budaya yang menerima perbedaan dan kolaborasi dengan baik. Dapatkan feedback atau ‘suara’ dari departemen yang berbeda, hirarki jabatan yang berbeda, serta latar belakang yang berbeda-beda. Dengan demikian, anda bisa memahami tantangan potensial dan solusinya, sehingga strategi manajemen perusahaan bisa disesuaikan tanpa masalah. Selamat mencoba!
Tagged With : manajemen bisnis • Manajemen Usaha