Saham Murah Belum Tentu Bagus, Ini Cara Memeriksanya!

Saham dengan rasio Price-to-Earning (PER) kurang dari 15x biasanya dianggap sebagai saham murah, atau memiliki valuasi yang rendah, sehingga cocok untuk dikoleksi. Namun, cara mengukur saham murah seperti ini bisa menyesatkan.

Saham Murah Belum Tentu Bagus Ini Cara Memeriksanya

Rasio PE mengukur harga saham saat ini dibandingkan dengan imbal hasil bersih yang diperoleh suatu emiten dalam satu tahun terakhir. Makin tinggi rasio PE, makin mahal pula harga suatu saham dibandingkan dengan imbal hasilnya. Sedangkan rasio PE yang lebih rendah menandakan harga saham lebih murah.

Di saat yang sama, kita perlu memerhatikan bahwa rasio PE yang rendah itu dapat disebabkan oleh banyak faktor. Bisa jadi harga saham murah karena kinerja perusahaan biasanya buruk, kemudian baru-baru ini saja mengalami lonjakan laba. Bisa jadi harga saham murah semata-mata karena kondisi ekonomi sedang bergejolak, tetapi perusahaannya sendiri tetap sehat.

Angka rasio PE kurang dari 15x memang menandakan harga saham sedang murah. Kendati demikian, tak semua saham murah itu cukup bagus untuk masuk ke dalam portofolio kita.

Ketika kamu tertarik pada satu atau beberapa saham murah dengan rasio PE yang rendah, ada baiknya memeriksa tiga hal berikut ini sebelum membelinya:

  • Pertumbuhan laba (earnings growth): Apabila pertumbuhan laba lebih rendah daripada rasio PE-nya, maka rasio PE serendah apapun tetap tergolong mahal.
  • Riwayat rasio PE dari tahun ke tahun: Apabila rasio PE suatu saham mendadak naik baru-baru ini, maka kemungkinan disebabkan oleh lonjakan laba saat ini saja. Perusahaan belum tentu mampu mempertahankannya secara berkelanjutan, khususnya jika bisnisnya bersifat siklikal.
  • Rasio utang: Banyak perusahaan mampu menghasilkan laba terus menerus, tetapi tak mampu mengelola liabilitasnya dengan baik. Alhasil, rasio utangnya tinggi.

Calon investor perlu mewaspadai para emiten yang gagal lolos dalam pemeriksaan tiga hal di atas. Terutama, waspadalah terhadap perusahaan yang menghasilkan laba tiap tahun tapi utangnya juga terus meningkat tiap tahun. Meski valuasi tergolong murah, investor akan enggan untuk membeli sahamnya karena berisiko pailit dalam jangka panjang.

Tagged With :

Leave a Comment