Sentimen dovish melanda perekonomian global. Kebijakan moneter Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) di hari Rabu (07/Agustus) pagi tadi sangat mengejutkan pasar. Pasalnya, mereka memotong suku bunga hingga 50 basis poin, dua kali lebih banyak daripada perkiraan pasar. Tak ayal, Dolar New Zealand pun tumbang merespon kebijakan tersebut.
Gubernur RBNZ Adrian Orr dan komite kebijakan RBNZ melonggarkan kebijakan moneter dengan cara menurunkan suku bunga OCR menjadi 1%, dari sebelumnnya di 1.5%. Alasannya, pertumbuhan ekonomi yang melambat menghalangi inflasi untuk mencapai target yang sudah dipatok bank sentral tersebut.
Orr mensinyalir bahwa pelonggaran moneter dapat saja kembali dilakukan. Ia bahkan memberikan petunjuk adanya kemungkinan untuk RBNZ mengambil kebijakan non-konvensional, sehubungan dengan Outlook global yang semakin suram ditambah dengan memburuknya konflik perdagangan AS dan China.
“Pertumbuhan GDP telah melambat dalam beberapa tahun terakhir dan hambatan pertumbuhan pun meningkat. Ketiadaan stimulus moneter tambahan, ketenagakerjaan, dan inflasi, dikhawatirkan akan menjauhkan kami dari target,” kata RBNZ dalam pernyataan kebijakan moneternya tadi. “Aktivitas ekonomi global terus melemah, (diiringi) dengan mengendurnya permintaan atas barang-barang dan jasa New Zealand.”
Dolar New Zealand Runtuh
Keputusan yang diambil oleh RBNZ tersebut menggebrak pasar yang sebelumnya hanya memperkirakan Rate Cut sebesar seperempat persen. Pernyataan Orr yang sang dovish memukul jatuh Dolar New Zealand. NZD/USD merosot drastis hingga 1.9 persen ke 0.6400 beberapa saat setelah pengumuman kebijakan moneter RBNZ.
RBNZ juga tidak memberikan petunjuk bagaimana langkah mereka ke depan setelah ini. Namun, proyeksi terbaru mereka memberikan sinyal yang kecil akan dilakukannya Rate Cut lagi di akhir tahun ini. Mereka menunjukkan bahwa rata-rata OCR bank sentral akan turun ke 0.91 persen pada akhir tahun 2020.