Pernyataan optimis PM Inggris Theresa May, mengembuskan angin segar bagi Poundsterling di hari Rabu (13/Februari) pagi ini. Kepada para pembuat kebijakan Inggris, PM May meminta waktu dan kesempatan untuk bernegosiasi kembali dengan Uni Eropa dan parlemen Inggris. Lagipula, May memastikan bahwa parlemen tidak akan menggelar pemungutan suara apapun, khususnya untuk merevisi kesepakatan dalam pekan ini.
Deadline Brexit sudah makin mendekat, sementara PM May masih berusaha melobi Uni Eropa untuk mengamendemen kesepakatan Brexit. May berusaha keras agar draft kesepakatan dapat segera diteken sebelum mencapai tenggat waktu keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada tanggal 29 Maret.
Sejauh ini, kebuntuan dalam proses Brexit semakin meningkatkan kekhawatiran di kalangan investor finansial. Mereka takut No Deal atau jika Inggris keluar dengan masih menanggung masalah, akan menyebabkan gangguan pada perekonomian. Namun, PM May terus meyakinkan publik, bahwa No Deal Brexit akan dapat dihindari.
Harapan positif yang terkandung dalam pernyataan PM Theresa May tersebut berhasil membawa Pound menguat terhadap Dolar AS. Saat berita ini ditulis, tampak kenaikan tipis GBP/USD dengan diperdagangkan di level 1.2888. Namun, terhadap Euro, Pound masih sulit unggul. Saat berita ini ditulis, EUR/GBP masih menguat 0.15 persen ke 0.8783.
Para analis mencatat bahwa harga untuk membeli options dengan tujuan melindungi aset dari volatilitas Pound, mulai mengalami penurunan akhir-akhir ini. Akan tetapi, gerakan menurun tersebut terjadi setelah satu masa, dimana pada investor mencari proteksi terhadap ayunan harga yang liar, mendekati deadline Brexit saat ini.
“Gambaran terbaru yang lebih besar menunjukkan bahwa para pelaku pasar sedang aktif mengejar proteksi dari penurunan,” kata Lee Hardman, analis dari MUFG yang dikutip oleh Reuters.