Poundsterling jeblok ke level rendah enam bulan terhadap Euro dan mendekati level rendah dua tahun terhadap Dolar AS, di sesi perdagangan Selasa sore ini. Hal itu disebabkan oleh dua kandidat Perdana Menteri Inggris yang bersaing ketat dengan menggunakan metode Hard Brexit sebagai “senjata” mereka untuk duduk di kursi Perdana Menteri Inggris.
Pasar pun melepas Pound mereka dengan pertimbangan bahwa risiko Inggris untuk keluar dari Uni Eropa tanpa masa transisi kesepakatan perdagangan akan semakin meningkat pada tanggal 31 Oktober mendatang. Selain itu, kondisi tersebut juga berpotensi memaksa Bank of England (BoE) untuk memotong suku bunga demi mempertahankan ekonomi Inggris dari bencana.
Saat berita ini ditulis, EUR/GBP melesat naik 0.38 persen ke 0.90311, level yang terakhir dicapai pada tanggal 11 Januari 2019. Sementara itu, GBP/USD merosot 0.70 persen ke 1.2427, memperpanjang pelemahan yang telah terbentuk sejak kemarin.
“Pasar sudah bertaruh akan meningkatnya probabilitas No-Deal Brexit dan kian beratnya tekanan ekonomi,” kata Vasileios Gkionakis, global head of forex strategy di Lombard Odier. “Kalian punya badai yang sempurna pada Sterling.”
Sedangkan menurut analis Yukio Ishizuki dari Daiwa Securities, Euro telah terbebani oleh perjuangan Poundsterling yang cukup panjang dalam mempertahankan Bullish. Namun pada gilirannya, Pound pun kemungkinan akan melemah lagi akibat kemelut Brexit, setidaknya sampai pemimpin partai Konservatif diputuskan pada pekan depan.
Johnson Dan Hunt Sama-Sama Tolak Backstop Plan May
Baik Boris Johnson maupun Jeremy Hunt, keduanya telah menegaskan bahwa mereka tak mau menerima rencana Backstop Plan untuk perkara perbatasan Irlandia Utara, yang sebelumnya diajukan oleh Theresa May sebagai kesepakan dengan Uni Eropa.
Kedua kandidat pengganti May tersebut berupaya memikat hati mayoritas anggota Partai Konservatif yang bersikeras membuat kesepakatan yang perceraian yang jelas dengan Uni Eropa. Menurut Gkionasis lagi, persaingan antara Johnson dan Hunt tersebut telah bertransformasi menjadi sebuah pertarungan untuk menunjukkan siapa sebenarnya “Brexiter” sejati.