PM Inggris Theresa May berjanji bahwa dirinya akan mundur dari jabatannya jika Parlemen meloloskan rencana Brexit yang diajukannya. Pernyataan tersebut diungkapkan May di hadapan para pembuat kebijakan di Parati Konservatif, Kamis (28/Maret) dini hari.
“Saya sudah mendengar dengan sangat jelas, suasana hati partai parlemen,” kata May. “Saya tahu, ada hasrat untuk sebuah pendekatan baru, serta kepemimpinan baru di fase kedua negosiasi Brexit ini. Dan saya tak akan menghalangi jika memang demikian adanya.”
PM May tak merinci dengan spesifik kapan tepatnya ia akan mundur. Namun, Uni Eropa telah mengatakan bahwa mereka akan menyetujui ekstensi proses Brexit sampai dengan tanggal 22 Mei, apabila rencana May kali ini diteken oleh parlemen Inggris.
Sebetulnya, gagasan untuk menanggalkan jabatan telah sering diusulkan oleh para penasihat Perdana Menteri kepada PM May. Menurut mereka, inilah satu-satunya cara untuk meraih suara yang cukup dari parlemen. Sebagian anggota Partai Konservatif sendiri pun telah sangat putus asa dengan kepemimpinan May. Inggris, menurut para pemberontak May, membutuhkan pemimpin baru untuk membawanya keluar dari Uni Eropa. Pasca pernyataan kesediaan May untuk mundur, Boris Johnson, yang selama ini dikenal kontra dengan pemikiran-pemikiran May tentan Brexit, berbalik mendukung pimpinan Partai Konservatif tersebut.
Poundsterling Menguat Namun Langsung Reversal
Beberapa saat setelah kabar rencana kemunduran PM May, Poundsterling melesat. Namun, saat berita ini ditulis, GBP/USD sudah menghapus bersih perolehan sebelumnya dan kembali turun. GBP/USD jeblok 0.48 persen ke 1.3188 dalam time frame Hourly.
Volatilitas ini sudah diperkirakan oleh para analis. Pasalnya, meskipun nantinya draft kesepakatan Brexit versi PM May diloloskan oleh parlemen, ketidakpastian ke depan masih sangat besar. Pasar akan menunggu hasil voting parlemen hari ini, yang akan menggelar Indicative Votes untuk menentukan alternatif dari rencana Brexit rancangan PM May yang sudah disetujui oleh Uni Eropa tersebut.