Istilah “saham turnaround” mendadak populer setelah bursa saham tumbang akibat pandemi pada awal tahun 2020 lalu. Banyak pakar menyarankan agar kita berinvestasi pada saham turnaround untuk memetik cuan optimal setelah pemulihan ekonomi berhasil mendorong pamor saham lagi di masa depan. Tapi, apa itu saham turnaround dan bagaimana cara memilih saham turnaround yang tepat?
Kata “turnaround” dalam bidang ekonomi awalnya dipergunakan untuk mendefinisikan perusahaan yang sempat mengalami kinerja keuangan buruk selama beberapa periode, tetapi kemudian berhasil pulih dan menghasilkan laba kembali. Kata tersebut juga bisa dipergunakan untuk perekonomian suatu negara yang pulih dari resesi, atau perorangan yang berhasil bangkit dari keterpurukan finansial.
Situasi turnaround pada perusahaan, negara, maupun perorangan, memiliki tiga unsur utama:
- Kinerja keuangan buruk selama beberapa periode berturut-turut.
- Perusahaan, negara, maupun perorangan terkait menyadari masalah yang terjadi dan berupaya menyelesaikannya dengan strategi tertentu.
- Strategi yang diterapkan tersebut memperbaiki kinerja, sekaligus melahirkan stabilitas bagi kinerja keuangan.
Strategi pemulihan kinerja bisa jadi penuh dengan “drama”. Bagi sebuah perusahaan, upaya pemulihan mungkin melibatkan masuknya pemegang saham baru, perombakan manajemen perusahaan, divestasi usaha untuk membayar utang, PHK untuk mengurangi beban operasional, dan lain-lain. Tapi strategi pemulihan apa pun pasti membutuhkan dukungan faktor internal dan eksternal.
Umpamanya sebuah hotel A mengalami penurunan kinerja selama pandemi COVID-19, karena orang-orang tak dapat lagi bepergian akibat PSBB dan PPKM. Situasi pandemi cepat lambat akan pulih dan pengunjung akan berdatangan lagi ke hotel. Tapi sebelum itu, hotel A harus mampu bertahan pada masa-masa sulitnya. Beberapa strategi misalnya mengurangi jumlah karyawan, membuat paket isolasi mandiri (isoman) di hotel, mempromosikan staycation dalam kota, menawarkan menu restoran hotel pada layanan pesan-antar makanan, dan lain-lain.
Hotel A yang melancarkan strategi jitu untuk bertahan, kelak dapat “turnaround” lebih cepat dibanding hotel lain yang tidak memiliki strategi ampuh. Harga sahamnya lesu selama bisnis perhotelan sedang buruk, tetapi kelak akan lekas naik kembali karena kinerja bisnis hotel A itu sendiri tetap tangguh.
Dari contoh ini, kita dapat menyimpulkan empat (4) ciri-ciri saham turnaround yang layak investasi:
- Emiten mungkin mengalami perombakan manajemen, jika manajemen lama menolak untuk memperbaiki strategi bisnisnya.
- Emiten punya strategi bisnis yang potensial untuk mendongkrak kinerja keuangannya.
- Emiten mampu memperbaiki pengelolaan arus kas (cash flow) berkat strategi barunya, misalnya dengan melepas aset yang tidak produktif atau meningkatkan kontribusi penjualan dari bisnis inti.
- Emiten mungkin memiliki rasio P/E yang tinggi dibanding pesaingnya di bidang yang sama, tetapi rasio PBV-nya rendah. Ada kemungkinan juga rasio P/E dan PBV sama-sama rendah.
Semoga sukses memilih saham turnaround Anda!
Tagged With : analisa fundamental • bisnis keuangan • saham