Tetap bersikap positif di tempat kerja adalah salah satu cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas karyawan; demikian juga untuk meningkatkan kebahagiaan mereka. Namun, seperti pepatah mengatakan, terkadang sesuatu yang berlebihan bisa menjadi sumber masalah. Di satu sisi, tidak ada yang salah dengan upaya mengatasi aura negatif dan emosi-emosi negatif yang muncul, terutama di tempat kerja. Namun di sisi lain, perasaan negatif adalah hal normal, dan hidup tidak selamanya indah dan bersinar laksana sinar matahari dan pelangi.
Meningkatkan Produktivitas Karyawan: Mengatasi Lingkungan Toksik
Berikut akan dibahas terkait positivitas toksik, contoh, dan perwujudannya di lingkungan kerja, serta bagaimana cara mengatasinya.
Apa Itu Positivitas Toksik?
Menurut Asosiasi Depresi Amerika, positivitas toksik (toxic positivity) atau yang juga dikenal dengan toksisitas positif, adalah suatu fenomena emosional yang didasarkan pada keyakinan bahwa seberapa susah atau burukpun suatu keadaan, kita harus mempertahankan pemikiran positif atau pola pikir yang positif. Orang yang mengalami fenomena ini cenderung mengelak untuk mengakui dan mengatasi pemikiran negatif atau emosi sulit yang dirasakan. Malahan, mereka lebih fokus pada emosi sepositif mungkin. Positivitas toksik bisa terlihat dalam berbagai situasi dan lingkungan, termasuk di tempat kerja.
Lalu, apa contoh positivitas toksik di tempat kerja?
Contohnya terlihat pada perilaku karyawan. Pertama, karyawan yang mengalami masalah kesehatan mental seperti ini cenderung menganggap remeh segala sesuatunya. Bahkan, ketika mereka menghadapi masalah serius, mereka bisa jadi tidak mengakuinya namun justru berusaha untuk terlihat tetap positif. Misalnya, mereka kerap mengatakan “Segala sesuatunya oke,” meskipun sebenarnya tidak.
Selain itu, karyawan yang mengalami positivitas toksik mungkin percaya bahwa segala sesuatunya akan selesai dengan sendirinya. Anda mungkin mendengar mereka berkata “Selesaikan masalah-masalah kecil dan masalah besar akan selesai dengan sendirinya.” Mereka cenderung bersikap angkuh dalam menghadapi situasi-situasi sulit. Selain itu, positivitas toksik bisa memicu munculnya perasaan optimisme abadi yang tidak rasional, yakni keyakinan bahwa apapun yang terjadi, segala sesuatunya akan kembali ke posisi semestinya.
Terakhir, karyawan yang mengalami positivitas toksik cenderung gagal dalam menjalankan tanggung jawabnya karena kegagalan atau kesalahannya sendiri. Mereka kerap percaya bahwa apapun yang terjadi adalah karena adanya alasan eksternal atau kekuatan yang lebih besar di luar kendali mereka.
Mengapa Positivitas Toksik Berbahaya Bagi Kesehatan?
Di satu sisi, pemikiran positif tentunya sangat baik bagi kesehatan mental anda. Namun, mengabaikan perasaan (seberapa negatif pun kondisinya) tidaklah baik. Faktanya, Jurnal Psikoterapi Internasional menemukan kaitan yang kuat antara tekanan emosi manusia dengan kesehatan mental dan kesehatan tubuh secara umum. Berikut adalah beberapa alasan mengapa positivitas toksik tidak baik untuk kesehatan maupun dalam meningkatkan produktivitas karyawan:
- Menyembunyikan masalah kesehatan mental yang serius. Berpura-pura segala sesuatunya baik-baik saja dan tidak menyelesaikan pemikiran negatif yang muncul bisa menyamarkan masalah kesehatan mental yang sesungguhnya. Sikap ini juga menghambat penderitanya untuk mencari bantuan, misalnya, menceritakan masalahnya kepada orang lain. Akibatnya adalah permasalahan kesehatan mental yang semakin serius.
- Meningkatkan resiko penyalahgunaan obat. Orang yang berusaha menyembunyikan perasaan atau tidak mau menyampaikannya kepada orang lain beresiko lebih tinggi mengalami masalah penyalahgunaan obat. Kondisi ini semakin memicu masalah kesehatan mental dan fisik yang lebih parah.
Bagaimana Menghindari Positivitas Toksik di Tempat Kerja?
Memang benar, keinginan untuk tetap bersikap positif adalah bagian dari perjalanan hidup manusia, namun tidak boleh berlebihan. Berikut adalah beberapa cara mengatasi positivitas toksik dalam upaya meningkatkan produktivitas karyawan:
- Hindari orang yang mengalami positivitas toksik. Usahakan agar anda tetap berada di antara orang-orang yang tidak ragu mengakui adanya perasaan atau pengalaman negatif. Lebih baik lagi jika mereka bisa membuat anda tertawa dan membantu anda mengatasi emosi negatif secara alamiah, bukan melalui nasehat yang tidak praktis;
- Ciptakan ruang yang aman untuk berkomunikasi. Perusahaan mestinya menyediakan ruang yang aman bagi karyawannya untuk mendiskusikan masalah-masalah di tempat kerja. Dorong terciptanya komunikasi yang terbuka, dan pastikan semua orang merasa nyaman berbagi perasaan, pandangan, dan mendengarkan cerita orang lain. Berikan mereka akses untuk bertemu tenaga kesehatan jiwa, seperti ahli terapi kerja, jika perlu.
- Bersikap jujur. Jika perusahaan anda sedang mengalami masa-masa sulit, tidak ada salahnya jujur dengan semua orang yang terlibat. Mencoba menutupi situasi yang sesungguhnya justru bisa menghancurkan kepercayaan antara karyawan dengan pimpinan. Sebaliknya, libatkan semua orang untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi secara bersama.
- Kenali emosi anda. Satu cara untuk mengatasi positivitas toksik dan tetap mampu meningkatkan produktivitas karyawan adalah menyadari bahwa positivitas toksik tidak ada gunanya. Akan lebih baik jika anda fokus menghadapi kenyataan dan menerima emosi negatif tersebut. Anda bisa melakukan meditasi untuk mengenali perasaan anda tanpa pembenaran, dan mengembangkan sudut pandang yang lebih positif.
Selain itu, anda pernah mendengar pepatah “it’s okay not to be okay; hidup tidak selamanya tentang sinar mentari dan pelangi.” Perasaan negatif itu normal, dan semua orang pernah mengalaminya satu waktu dalam hidupnya.
Tagged With : manajemen bisnis