Teknik trading dengan scalping menargetkan realisasi profit/loss dalam waktu singkat, sehingga trader bisa jauh lebih cepat mengantongi cuan daripada investor jangka panjang. Ada pula aneka indikator yang cocok untuk scalping di pasar keuangan. Namun, mengapa malah banyak trader gagal scalping pada forex maupun saham?
Siapa pun yang ingin terjun dalam dunia trading harus memahami satu hal: Kesuksesan trading itu bukan ditentukan oleh strategi yang diterapkan, melainkan oleh siapa yang menerapkannya. Dua trader yang sama-sama menjalankan scalping dapat meraup hasil yang jauh berbeda. Bahkan tidak tertutup kemungkinan kalau salah satunya profit melimpah, sedangkan yang satunya bangkrut total.
Mereka yang mengalami kerugian fatal saat scalping, biasanya melakukan beberapa kesalahan berikut ini:
- Trader terjebak gejolak pasar sesaat yang timbul akibat berita berdampak besar (high impact news release). Di sisi lain, scalper berpengalaman biasanya justru menghindari masa-masa kritis ini.
- Trader keliru entry saat likuiditas pasar sangat sedikit atau ketika pasar sedang sepi. Pergerakan harga cenderung lamban atau bahkan tidak ada fluktuasi sama sekali, sehingga posisi trade nantinya akan floating dalam waktu lama untuk mencapai ambang Stop Loss maupun Take Profit.
- Trader terlalu emosional dalam menanggapi perubahan di pasar, atau sebaliknya, sering ragu-ragu dalam mengambil keputusan trading. Padahal, para scalper harus mampu mengambil keputusan tepat dengan cepat.
- Trader tidak dapat membaca grafik (chart). Seorang scalper seharusnya dapat mengenali tekanan buyer/seller dan dinamika pasar dengan benar.
- Trader punya harapan terlalu berlebihan tentang hasil scalping harian. Banyak orang menganggap teknik scalping dapat menghasilkan cuan setiap hari, padahal tetap ada “hari sial” di mana scalper sebaiknya menepi dulu dari situasi pasar yang buruk.
- Trader salah memperhitungkan biaya trading seperti spread, komisi broker, swap, pajak, dan lain-lain. Hal ini seringkali terjadi karena teknik scalping hanya mengambil untung tipis-tipis saja dari tiap trade, sehingga profit akhir hanya dapat tercapai jika trader membuka posisi trade dalam jumlah sangat banyak.
Nah, apakah kamu pernah melakukan salah satu kesalahan di atas? Faktanya, scalping lebih cocok bagi trader yang sudah berpengalaman daripada pemula. Pemula belum memiliki wawasan memadai, sehingga mereka lebih rentang melakukan kesalahan-kesalahan itu –berbeda dengan trader berpengalaman yang sudah makan lebih banyak asam-garam.
Seorang newbie memulai dengan berlatih pada akun demo atau simulasi, kemudian terjun ke trading riil dengan strategi yang lebih santai seperti swing-trading atau investasi long-term. Setelah mahir dan mampu menghadapi pasar dengan tenang, barulah menjajal scalping.
Tagged With : forex • scalping