Memberdayakan Penyandang Disabilitas Menggunakan Teknologi AI

WHO memperkirakan bahwa lebih dari 2.5 juta penyandang disabilititas akan membutuhkan setidaknya satu teknologi alat bantu di Tahun 2030. Namun hampir satu juta di antaranya tidak bisa mengakses produk tersebut. Mengingat cepatnya perkembangan globalisasi, bisa jadi dunia sedang menghambat agar seluruh masyarakat bisa menikmati pelayanan yang sama, tanpa memandang kondisi fisik mereka. Lalu, muncul suatu pertanyaan bagaimana memberdayakan penyandang disabilitas di tengah arus globalisasi yang semakin cepat?

Di sisi lain, sistem berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) semakin populer dan kompleks. Kita bisa menyaksikan munculnya berbagai solusi berbasis AI untuk membantu masyarakat yang mengalami gangguan mentak, fisik, visual, dan pendengar mengerjakan tugas-tugasnya, baik tugas sehari-hari maupun tugas yang kompleks.

memberdayakan penyandang disabilitas

Bagaimana Memberdayakan Penyandang Disabilitas di Era Teknologi?

Ketika teknologi AI bisa diakses secara lebih luas, maka sesungguhnya, banyak perusahaan bisa mengubah kehidupan para penyandang disabilitas ini. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan dunia usaha untuk memberdayakan penyandang disabiitas menggunakan teknologi AI.

Memudahkan Komunikasi

Teknologi suara berbasis AI, seperti Siri, Echo, dan Alexa, dapat membantu mempermudah komunikasi bagi mereka yang mengalami keterbatasan fisik. Program, ini bisa menjelaskan teks dan gambar kepada penderita gangguan visual. Selanjutnya, teknologi text-to-speech (atau sebaliknya) bisa membantu mereka yang mengalami gangguan otak untuk berkomunikasi dan memahami sesuatu secara lebih mudah.

Salah satu contohnya adalah Parrotron dari Goole, sebuah tool AI yang membantu penderita gangguan wicara untuk menerjemahkan pola ucapan mereka ke dalam percakapan yang lebih baik. Dunia usaha bisa memanfaatkan teknologi semacam ini untuk menciptakan suatu budaya kerja yang positif, inklusif dan kolaboratif. Dengan menyediakan alat transkripsi yang efektif, para petinggi di perusahaan bisa membantu karyawannya ikut berpartisipasi dan berbagi ide-ide mereka dengan berbagai tim kerja atau bidang kerja yang berbeda-beda.

Baca Juga:   Manfaat dari Rasa Tidak Percaya Diri Saat Merintis Usaha

Dunia usaha juga bisa memanfaatkan teknologi suara berbasis AI untuk meningkatkan dukungan kepada konsumen. Misalnya, AI chatbot bisa membantu tim CS anda berkomunikasi dengan konsumen yang mengalami gangguan fisik, memahami kebutuhan mereka secara lebih cepat, dan memenuhi kebutuhan mereka secara lebih efektif. Dengan cara ini, pengalaman konsumen berinteraksi dengan perusahaan diharapkan lebih baik, sehingga loyalitas mereka kepada perusahaan juga semakin kuat.

Peluang Belajar

Setiap orang mestinya bisa mendapatkan setiap layanan, bagaimanapun kondisi fisik mereka. Teknologi AI bisa membantu meningkatkan inklusivitas di dunia usaha. Misalnya, layaknya subtitle yang membantu mereka dengan gangguan pendengaran memahami sebuah film, Braille juga membantu penderita gangguan penglihatan untuk membaca. Nah saat ini, aplikasi tutor Braille berbasis AI di internet bisa membantu penderita disabilitas dalam mempelajari braille dan mengakses pendidikan di jenjang yang berbeda-beda.

Aplikasi semacam ini menggunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR) untuk mengubah huruf-huruf brailler menjadi teks digital. Lalu, bagaimana para petinggi di dunia usaha memanfaatkan solusi berbasis AI untuk menciptakan suatu budaya pengembangan diri dan proses belajar berkelanjutan. Berikut beberapa contohnya:

  • Menerapkan jalur-jalur pembelajaran personal untuk membantu karyawan menemukan kursus atau pelatihan yang relevan serta materi belajar sesuai keahlian mereka.
  • Menggunakan AI untuk menyediakan sistem feedback secara realtime berdasarkan kinerja mereka, sehingga mereka juga bisa belajar dari kesalahannya.
  • Menggunakan AI untuk mengidentifikasi keahlian yang dibutuhkan di perusahaan, mengidentifikasi kompetensi karyawan, dan mengembangkan program pelatihan bersasaran untuk meningkatkan peluang mengembangkan keahlian diri;
  • Menggunakan Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) untuk merancang program belajar secara interaktif bagi karyawan.
Mendorong Gaya Hidup Mandiri

AI telah membuka pintu bagi penyandang disabilitas untuk hidup secara mandiri, baik secara personal maupun profesional. Misalnya:

  • Program AI bisa membantu dunia usaha menciptakan aliran kerja yang efektif dan efisien menggunakan virtual assistance, seperti Google Assistant atau Amazon Alexa, untuk mengagendakan rapat, mengatur pengingat, dan mengotomatisasi tugas-tugas rutin.
  • Mengintegrasikan chatbot berteknologi AI dengan sejumlah aplikasi untuk membantu karyawan mengerjakan tugas yang berbeda-beda. Salah satu contohnya adalah integrasi Microsoft Bing dengan Skype.
  • Otomatisasi proses robotik untuk memudahkan aliran kerja. Misalnya, menggunakan aplikasi khusus bagi penderita gangguan penglihatan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan data visual melalui deteksi benda, gambar, pengenalan wajah, maupun kontrol kualitas.
  • Menggunakan teknologi keamanan cyber terintegrasi dengan AI untuk mendeteksi ancaman secara proaktif dan menghapusnya secara real time.

Dengan teknologi tersebut, setiap karyawan (termasuk penyandang disabilitas) bisa merampingkan tugas-tugas manual dan mengolakasikan cukup waktu untuk fokus pada pekerjaan yang lebih penting. Pada prinsipnya, penggunaan teknologi AI tidak hanya membantu dunia usaha memberdayakan penyandang disabilitas, namun juga mempermudah anda menarik bakat-bakat istimewa tanpa terhambat oleh keterbatasan fisik mereka.

Baca Juga:   Kiat Agar Terhindar Dari Pembobolan Deposito Online

Teknologi AI telah memperkenalkan cara-cara baru untuk membantu penderita disabilitas mendapatkan layanan yang sama, mengakses informasi yang sama, serta terhubung dengan dunia luar, sama halnya dengan penduduk lainnya. Para penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk menikmati hidup dan dukses di dunia profesional, sama seperti yang lainnya. Mereka mesti diberdayakan untuk bekerja secara mandiri, berkomunikasi lintas-tim, dan belajar keahlian-keahlian baru.

Tagged With :

Leave a Comment