Investor pemula sering mengukur mahal atau murahnya suatu produk reksa dana dengan dua cara. Pertama, mereka membandingkan jumlah penyertaan minimal antar produk reksa dana. Kedua, mereka membandingkan Nilai Aktiva Bersih per Unit (NAB/UP) antara beberapa reksa dana yang bertipe sama. Namun, kedua cara itu sebenarnya tidak cocok diterapkan untuk memilih reksa dana yang untung. Mari meninjaunya satu per satu.
Cara Memilih Reksa Dana yang Salah
- Penyertaan Minimal Reksa Dana
Seiring dengan kelahiran aplikasi investasi reksa dana online, jumlah pernyertaan minimal semakin rendah. Saat ini, kita dapat berinvestasi reksa dana hanya dengan modal awal Rp10 ribu rupiah saja. Namun, ada pula reksa dana yang mengharuskan penyertaan minimal Rp100 ribu, Rp200 ribu, atau bahkan beberapa juta rupiah.
Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa produk reksa dana yang syarat penyertaannya murah itu kurang berkualitas dibandingkan reksa dana yang syarat penyertaannya mahal. Padahal, ini salah kaprah. Prospek cuan reksa dana tidak ditentukan oleh berapa besar penyertaan minimalnya.
Contohnya: Reksa Dana Sucorinvest Sharia Money Market Fund memiliki minimal pembelian Rp10 ribu, kinerjanya selama satu tahun terakhir mencapai 3,50%. Sedangkan Mandiri Pasar Uang Syariah yang memiliki minimal pembelian Rp100 ribu, kinerjanya selama satu tahun terakhir hanya 2,72%. Kinerja reksa dana naik-turun dari waktu ke waktu, sehingga sekedar syarat modal pembelian awal saja tidak akan menentukan potensi keuntungannya di masa depan.
- Nilai Aktiva Bersih per Unit (NAB/UP)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menentukan NAB/UP awal untuk semua reksa dana terbuka sebesar Rp1000. Seiring dengan berkembangnya portofolio reksa dana, NAB/UP dapat meningkat ataupun menurun.
Reksa dana yang sudah lama terbit biasanya memiliki NAB/UP yang lebih tinggi daripada reksa dana yang lebih baru. Namun, hal ini tidak berlaku secara mutlak. Ada juga reksa dana baru yang punya NAB/UP lebih tinggi daripada reksa dana lama. Suatu reksa dana yang sudah punya NAB/UP sangat tinggi, kelak juga bisa disalip oleh reksa dana lain yang punya NAB/UP lebih murah. Oleh karena itu, nilai NAB/UP saat ini juga tidak menentukan profitabilitas reksa dana.
Cara Tepat Memilih Reksa Dana yang Untung
Reksa dana merupakan suatu wadah investasi, berisi banyak aset yang dikelola secara terpadu oleh Manajer Investasi profesional. Keuntungan reksa dana di masa depan akan ditentukan oleh beberapa hal berikut ini:
- Koleksi aset dalam portofolio
- Manajer Investasi
- Kondisi pasar keuangan secara umum
Cara tepat memilih reksa dana semestinya dengan memeriksa ketiga aspek itu dengan teliti, dan bukan dengan melihat murah atau mahalnya harga beli suatu reksa dana saat ini.
Kita dapat menengok portofolio dalam prospektus atau fact sheet reksa dana. Contohnya sebelum berinvestasi dalam reksa dana saham, pastikan portofolionya benar-benar berisi saham bermutu dan tidak memuat saham-saham gorengan.
Kredibilitas Manajer Investasi juga sangat penting untuk diinvestigasi melalui googling atau cara lain, karena kinerja reksa dana akan tergantung pada pengelolaan yang baik secara berkesinambungan. Pastikan mengetahui rekam jejak Manajer Investasi yang menerbitkan dan mengelola reksa dana, termasuk status perizinannya dan apakah mereka pernah terlibat skandal.
Terakhir, kita dapat memantau kondisi pasar dari berita-berita ekonomi dan keuangan. Contohnya ketika suku bunga naik terus menerus, maka investasi dalam produk reksa dana pasar uang dan reksa dana obligasi mungkin lebih menguntungkan daripada reksa dana saham.
Tagged With : investasi jangka panjang • reksadana