Pertamina menaikkan harga BBM nonsubsidi pada awal Oktober 2023. Harga Pertamax naik dari Rp13.300 menjadi Rp14 ribu per liter, Pertamax Green 95 naik dari Rp15.000 per liter menjadi Rp16.000 per liter, dan Pertamax Turbo naik dari Rp15.900 menjadi Rp16.600 per liter.
Beberapa pesaing Pertamina juga menaikkan harga BBM masing-masing, termasuk Shell Indonesia, BP-AKR, dan Vivo Energy Indonesia.
Kenaikan harga BBM tersebut menimbulkan pertanyaan besar. Masalahnya, harga minyak dunia malah sedang jatuh dalam kurun waktu tersebut.
Data harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan pesat dari sekitar $71 per barel pada Juni 2023 dan mencapai puncak pada $96 per barel pada September lalu. Namun, harga minyak acuan ini jatuh drastis dari sekitar $96 sampai $85 per barel antara tanggal 28 September – 6 Oktober 2023.
Tren harga minyak mentah WTI menampilkan situasi serupa. Setelah melejit sejak Juni, harga mendadak merosot dari level tertinggi sekitar $91 per barel pada akhir September hingga mencapai $81 per barel saat ini.
Mengapa harga BBM naik saat harga minyak dunia turun? Ada sedikitnya tiga (3) alasan yang mendasarinya, yaitu:
- Kurs dolar AS kuat dan kurs rupiah melemah.
Indonesia merupakan negara importir minyak. Produksi minyak Indonesia tak dapat memenuhi permintaan dalam negeri, sehingga kita harus membeli minyak dari negara lain.
Transaksi jual-beli komoditas di pasar internasional lazimnya menggunakan dolar AS. Ketika kurs dolar AS menguat, maka Indonesia harus membayar lebih mahal untuk mengimpor minyak.
Data pasar menunjukkan kurs USD/IDR meningkat nonstop mulai dari kisaran Rp14.600-an pada Mei 2023 hingga saat ini bertengger pada $15.600-an. Kenaikan seperti ini jelas sekali berdampak terhadap harga barang-barang impor.
- Inflasi yang tinggi mendorong kenaikan biaya produksi migas.
Harga-harga berbagai barang semakin meningkat sejak akhir pandemi COVID-19 hingga sekarang. Dampak inflasi ini bukan hanya dirasakan oleh masyarakat umum, melainkan juga berbagai perusahaan. Termasuk produsen migas dan perusahaan minyak di Indonesia.
Produsen migas harus menanggung kenaikan biaya produksi dan gaji karyawan. Mereka juga tentunya perlu mempertahankan marjin laba perusahaan. Dalam situasi ini, opsi yang tersisa hanyalah menaikkan harga BBM.
- Ada jeda yang menunda dampak harga minyak internasional terhadap harga BBM lokal.
Produsen minyak membutuhkan waktu untuk mengolah minyak mentah menjadi BBM yang siap pakai. Minyak mentah yang menjadi BBM hari ini kemungkinan telah dibeli beberapa bulan lalu. Konsekuensinya, kenaikan harga minyak dunia beberapa bulan lalu baru terefleksikan pada harga BBM sekarang.
Apabila harga minyak dunia menurun terus, maka tidak tertutup kemungkinan harga BBM beberapa waktu mendatang juga akan turun. Namun, keduanya tidak dapat saling memengaruhi secara instan.
Tagged With : analisa fundamental • komoditas • minyak