Jejaring Media Retail: Fakta Penting dan Potensinya di Masa Depan

Bukan rahasia lagi bahwa media retail telah mengubah wajah industri periklanan secara dramatis saat ini: nilai pasar sektor media retail tahun ini mencapai $50 milyar, naik dari $15 milyar di Tahun 2019. Retail skala besar seperti Amazon, Walmart, Target, dan lainnya bahkan memiliki perusaha data sendiri, di mana mereka menggunakan data pihak pertama dari transaksi yang diterima. Perusahaan ini juga menggunakan kampanye iklan dan jejaring media retail bagi perusahaan yang bergabung kepada mereka.

Jejaring Media Retail Mendorong Perkembangan Industri Periklanan

Jejaring media retail menghasilkan data pihak-pertama yang dibutuhkan perusahaan, tidak hanya untuk menjangkau konsumen secara efektif melalui iklan, namun juga mengukur efektivitasnya tanpa melanggar aturan yang ada. Ketika teknologi periklanan berkembang, maka diperlukan pemahaman tentang faktor pendorong penjualan. Pemahaman ini bahkan lebih penting dibanding sekedar menerima data proksi terkait kinerja anggaran media mereka.

jejaring media retail

Di tengah perubahan landscape industri teknologi periklanan yang sangat cepat, jejaring media retail dipandang sebagai pilihan yang lebih hemat, terutama bagi perusahaan pemilik brand. Awalnya, jejaring media sosial seolah-olah mengabaikan platform teknologi yang ada. Meskipun jejaring media memberikan manfaat bagi perusahaan pemilik brand, mereka masih membutuhkan platform dan anggaran yang tidak kecil, serta sumber daya manusia yang memadai untuk melaksanakannya.

Perkembangan industri media retail tidak bisa disepelekan, karena dampaknya terhadap industri periklanan sangat signifikan. Tidak ada pilihan lain bagi perusahaan selain memanfaatkannya untuk meningkatkan kinerja perusahaan, tidak terkecuali bagi perusahaan pemilik brand dan perusahaan retail.

Beberapa Fakta Penting Tentang Jejaring Media Retail

Fakta 1: Sistem jejaring media retail terfragmentasi

Dengan semua keunggulannya, sistem jejaring media retail memiliki sedikit kelemahan, karena perusahaan pemilik brand hanya bisa melihat sebagian kecil dari seluruh belanjanya. Akibatnya, para perusahaan retail memiliki strategi yang berbeda-beda, tidak ada satu strategi yang komprehensif untuk digunakan secara bersama.

Jika sebuah brand bekerja dengan sebuah jejaring media skala besar dari satu perusahaan retail, mereka hanya bisa menerima data dan kinerja dari satu retail itu saja. Namun faktanya, kebanyakan konsumen tidak hanya berbelanja di satu toko. Sistem jejaring media yang ada saat ini berusaha menyatukan teka-teki silang tersebut. Tentunya, perusahaan pemilik brand mesti menyatukan berbagai sumber data yang ada untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang konsumen mereka.

Para marketer juga terperangkap oleh ketidakefisienan dalam pengembangan asset kreatif dan belanja media. Setiap jejaring retail membutuhkan asset dengan spesifikasi dan standar yang berbeda-beda. Untuk menjalankan satu aset kreatif yang sama di platform yang berbeda-beda, para pembeli media mesti melipatgandakan upaya mereka untuk memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan retailer.

Fakta 2: Media Retail Kurang Transparan

Perusahaan pemilik brand membuat kesepakatan untuk mengiklankan produk perusahaan mitra mereka melalui jejaring media retail, melalui iklan digital, dan peluang jejaring pemasaran lainnya. Namun, banyak pihak tidak puas dengan bagaimana perusahaan retail melaporkan hasil dari iklan tersebut.

Jejaring media retail saat ini menyediakan indikator kinerja, namun tidak mengukur inkrementalitas yang mencakup seluruh media dalam ekosistem tersebut. Akibatnya, perusahaan pemilik brand tidak benar-benar tahu bagaimana kinerja iklan mereka dibandingkan strategi pemasaran lainnya.

Kelompok industri, seperti ANA dan IAB, juga telah diminta ikut berpartisipasi dalam membantu standar ukuran dan transparansi terkait jejaring media retail. Karena kelompok-kelompok industri ini belum menyentuh sektor media retail, pastinya masih banyak peluang untuk menentukan landasan atau fondasi dasar dari apa-apa yang dibutuhan oleh brand. Namun tentunya, dibutuhkan waktu untuk melihat perubahan dan hasilnya. Dalam waktu dekat, akan sulit untuk membandingkan kinerja jejaring media retail dibanding strategi media lainnya tanpa adanya standarisasi pengukuran.

Fakta 3: Meski Terbatas, Perusahaan Brand Masih Membayar Biaya Premium

Sekalipun biaya kemitraan jejaring media bervariasi, banyak pakar industri mengaku bahwa mereka membayar tiga kali lipat lebih tinggi dari standar industri untuk mendapatkan akses jejaring media tersebut. Mereka bersedia membayar karena biaya yang dikeluarkan dianggap sepadan dengan upaya untuk mengaktivasi media retail dan menjangkau konsumen secara lebih efektif. Dengan biaya premium, perusahaan tentunya mengharapkan kinerja yang premium pula. Namun hingga saat ini, jejaring media retail belum bisa menghasilkan indikator kinerja standar secara transparan.

Masa Depan Jejaring Media Retail Bergantung pada Standarisasi

Dari beberapa fakta di atas, terlihat jelas bahwa diperlukan perubahan dalam ekosistem jejaring media retail, jika perusahaan ingin mendapatkan manfaat yang holistik dan jangka panjang dari kemitraan tersebut. Para retail selalu menempatkan perusahaan manufaktur atau brand pada posisi terjepit dalam kaitannya dengan akses data.

Namun saat ini, brand bisa mengambil dan memilih jejaring yang ada, di mana mereka akan menempatkan anggarannya. Pada akhirnya, perusahaan retail yang mampu mengembangan produk dan teknologi periklanan yang sesuai dengan platform terbaiklah yang akan mampu bertahan dan menonjol di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat.

Tagged With :

Leave a Comment