Tiga post sebelumnya telah membahas sejumlah istilah startup yang wajib diketahui oleh anda yang sedang belajar menekuni dunia bisnis, atau baru terjun ke dunia bisnis. Beberapa istilah sifatnya umum, namun ada yang berkaitan dengan kebijakan pemasaran dan pengembangan strategi bisnis untuk kemajuannya di masa mendatang. Contohnya adalah istilah Go To Martet (GTM) yang sudah dibahas pada post sebelumnya. Istilah ini tidak hanya terminologi semata, namun di dalamnya terdapat strategi yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan konsumen dan mempromosikan produk yang sudah dibuat secara tepat sasaran.
Istilah GTM juga berkaitan dengan berbagai poin penting dalam pengembangan bisnis, misalnya, taktik promosi yang digunakan perusahaan, strategi penetapan harga, kanal promosi yang digunakan, kampanye produk, dan sebagainya. Layout pada GTM membantu tim kerja untuk tetap fokus pada tujuan, menetapkan prioritas kegiatan, dan menangani segala sesuatunya secara tepat waktu.
Istilah Startup Yang Wajib Diketahui Setiap Pengusaha
Berikut adalah beberapa istilah lain yang wajib anda ketahui sebagai pemilik startup, dan bagaimana implementasinya terhadap strategi pengembangan bisnis:
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Key Performance Indicators (KPI) atau yang dikenal dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam Bahasa Indonesia adalah kriteria evaluasi yang pilih sebuah perusahaan untuk mengukur progressnya dalam mencapai tujuan perusahaan. IKU yang dipilih berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lain berdasarkan tujuannya, prioritas, dan inisiatif bisnis. Indikator ini fokus pada tujuan jangka panjang dan bisa berubah seiring dengan waktu.
Misalnya, sebuah startup menetapkan IKU-nya., yakni “meningkatkan interaksi konsumen sebesar 10%”. Jadi, perusahaan bisa menelusuri alat-alat ukur yang relevan seperti durasi kunjungan konsumen di web perusahaan, pengguna aktif setiap hari, halaman per kunjungan, dan sebagainya. Semua indikator ini menentukan pencapaian IKU tersebut.
Lean Startup
Ini adalah Istilah startup yang wajib diketahui dan wajib ditambahkan ke dalam kamus anda. Lean Startup fokus pada upaya penyediaan produk secepat mungkin dengan investasi seminimal mungkin. Pendekatan “trial and error” ini mencakup pengujian ide-ide dan eksperimentasi dengan produk, dengan melalui penyesuaian seiring berjalannya waktu. Tujuannya adalah menemukan kelemahan produk dan mencari cara untuk memperbaikinya. Kerangka lean startup sangat berguna dalam merumuskan hal-hal penting di perusahaan.
Meskipun produk seperti ini bisa diciptakan dengan cepat, keputusannya harus tetap didasarkan pada data dan feedback. Bisa jadi, produk dibangun secara publik, dengan tujuan membuat siklus pengembangan produk lebih singkat, mengurangi pengeluaran dan input, serta menyediakan produk hingga ke pasar dengan cara yang lebih cepat. Lean startup adalah kebalikan dari investasi pada produk skala penuh yang disertai fitur-fitur rumit dan canggih.
Minimum Viable Product (MVP)
Istilah ini disinggung beberapa kali pada post sebelumnya. Apa sebenarnyaa makna dari MVP? Secara sederhana, MVP diartikan sebagai produk dalam versi pilot sederhana namun sudah berfungsi semestinya. Fitur-fiturnya paling sederhana dan belum menggunakan moda canggih. Berbeda dari demo atau prototype, MVP adalah suatu solusi yang berfungsi dan bisa digunakan oleh klien. Namun, versinya lebih kecil, dan belum dilengkapi fitur penuh.
Pengembangan MVP memerlukan perencanaan secara menyeluruh, dan harus menggambarkan versi canggih produk di masa mendatang. Dengan kata lain, fitur minimum pada MVP harus mampu menunjukkan maknanya bagi pengguna secara cepat, dan mesti berbeda dari produk atau layanan yang sudah ada di pasaran. Oleh sebab itu, prioritisasi fitur adalah kunci sukses dalam membangun MVP.
Outsourcing
Secara sederhana, outsourcing berarti mendapatkan suatu layanan atau menyerahkan pekerjaan kepada pihak ketiga berdasarkan satu perjanjian kerja. Misalnya, tidak semua startup teknologi mampu mempekerjaan tim pengembang yang berkualifikasi untuk membangun produk atau fitur tertentu pada produk. Mereka mungkin tidak memiliki talent tertentu atau bahkan tidak memiliki departemen pengembangan produk. Jadi, mereka memilih bekerja sama dengan sebuah perusahaan penyedia outsourcing atau mempekerjakan sebuah tim pengembangan software khusus, yang akan bekerja seolah-olah mereka adalah bagian dari perusahaan.
Lalu, mengapa banyak startup memiliki outsourcing? Ini adalah salah satu cara untuk mendapatkan tim profesional dan berpengalaman, sekaligus menghemat banyak waktu untuk proses rekrutmen dan sumber daya. Dengan outsourcing, perusahaan juga bisa menghemat pengeluaran gaji, karena tidak perlu membayar gaji secara rutin seperti halnya karyawan tetap. Tenaga outsourcing hanya dibayar sesuai kontribusi mereka kepada perusahaan.
Product-Market Fit (PMF)
Bahkan, ide terbaik sekalipun belum tentu diterima publik sesuai harapan. Tidak sesuainya produk dengan kebutuhan pasar adalah salah satu alasan utama kenapa banyak startup gagal di tahun-tahun pertamanya. Oleh sebab itu, sangat penting bagi anda sebagai pengusaha startup untuk melakukan riset dan menemukan product-market fit, alias kecocokan antara produk dengan kebutuhan pasar. Pekerjaan ini adalah suatu proses yang berjalan terus-menerus, dan tidak hanya terbatas pada riset sebelum launching produk.
Dapatkan pembahasan lebih mendalam tentang apa itu PMF dan beberapa istilah startup yang wajib diketahui dan dimasukkan dalam daftar ilmu anda seputar startup pada post selanjutnya.
Tagged With : manajemen bisnis