Ketiga indeks utama Wall Street kembali anjlok pada penutupan perdagangan akhir Maret 2020. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kerusakan ekonomi akibat pandemi virus corona dan terjadinya resesi global.
Bahkan Dow mencatat penurunan kuartalan terburuk sejak 1987 dan S&P mencatat penurunan kuartalan terdalam sejak krisis keuangan.
Dilansir Reuters, Rabu (1/4), Dow Jones Industrial Average turun 410,32 poin atau 1,84 persen menjadi 21.917,16, indeks S&P 500 kehilangan 42,06 poin atau 1,60 persen menjadi 2.584,59 dan Nasdaq Composite turun 74,05 poin atau 0,95 persen menjadi 7.700,10.
Bahkan S&P 500 dan Dow keduanya mengakhiri kuartal pertama dengan penurunan lebih dari 20 persen, jauh lebih rendah dari 2019.
Kerusakan ekonomi dan bisnis juga terjadi karena konsumen disarankan untuk tinggal di rumah, dan adanya pengurangan staf besar-besaran.
Akibatnya, para ekonom memangkas ekspektasi pertumbuhan 2020 dan investor mengamati laporan keuangan kuartalan yang suram, kekhawatiran default perusahaan, dan PHK massal. Hal ini pun dinilai akan menyebabkan resesi yang lebih dalam.
Putaran stimulus fiskal dan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membantu pasar ekuitas naik lebih tinggi minggu lalu, setelah perubahan besar yang melihat benchmark S&P 500 naik 9 persen, namun kemudian merosot 12 persen dalam dua sesi berturut-turut.
“Setelah tekanan yang terjadi pada bulan lalu, orang tidak mau membuat taruhan besar ke segala arah sekarang,” kata Carol Schleif, wakil kepala pejabat investasi di Abbot Downing di Minneapolis.
Banyak investor juga kemungkinan berhati-hati menjelang rilis data klaim pengangguran pada Kamis ini dan laporan gaji non-pertanian pada Jumat, kata Steven DeSanctis, ahli strategi di Jefferies.
“Kami menuju akhir minggu yang akan memiliki lebih banyak tekanan,” katanya.
Nasdaq yang didominasi sektor teknologi mencatat penurunan kuartalan terbesar sejak akhir 2018.
Sektor utilitas (SPLRCU) dan real estat (SPLRCR) berada di antara penurunan terbesar pada hari Selasa, dengan penurunan masing-masing 4 persen dan 3 persen.
Sementara sektor energi (SPNY) naik hampir 1,6 persen, didorong oleh kenaikan harga minyak global. Meskipun tolok ukur minyak mentah mengakhiri kuartal I 2020 dengan kerugian terbesar dalam sejarah.
Sebanyak 13,13 miliar saham berpindah tangan pada Selasa, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata 15,75 miliar selama 20 sesi terakhir.