INVESTOR masih mengamati kebijakan suku bunga ke depan. Hal itu membuat indeks saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Jumat (29/8/2023).
Mengutip Reuters, Senin (2/10) Dow Jones Industrial Average (.DJI) turun 0,47 persen menjadi 33.507,5, S&P 500 (.SPX) kehilangan 0,27 persen menjadi 4.288,05 dan Nasdaq Composite (.IXIC) naik 0,14 persen menjadi 13.219,32.
Adapun, S&P 500 dan Nasdaq membukukan persentase penurunan bulanan terbesar tahun ini. Sementara ketiga indeks utama mengalami penurunan kuartalan pertama pada tahun 2023.
Di sisi lain, Reuters mencatat, data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), tidak termasuk komponen makanan dan energi yang fluktuatif. Atau meningkat 3,9 persen secara tahunan di bulan Agustus.
Kepala Investasi US Bank Asset Management, Eric Freedman mengatakan mulanya saham-saham sempat terdorong tinggi setelah data PCE keluar. Namun setelah itu, harga saham-saham kembali merosot.
“Data tersebut mengungkapkan gambaran inflasi yang lebih baik dari perkiraan namun masih meningkat,” ungkap Freedman.
“Kita berada di akhir kuartal, dan dengan berakhirnya kuartal muncul berbagai aktivitas baik di pasar saham maupun obligasi,” imbuhnya.
Di antara sektor S&P 500, energi (.SPNY) merosot sekitar 2 persen dan keuangan (.SPSY) turun 0,9 persen. Meski begitu, energi masih menjadi sektor yang memperoleh keuntungan terbesar pada kuartal ketiga.
“Energi dan keuangan relatif meningkat dan mereka merasakan efek penyeimbangan kembali hari ini,” ujarnya.
DIPREDIKSI MENGUAT
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat terbatas pada perdagangan Senin (2/10). Pada penutupan Jumat pekan lalu, IHSG turun 1,1 persen menjadi 6.939,892 dari 7.016,844.
Tim analis Pilarmas Investindo Sekuritas melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 6.935-6.973, meskipun volatilitas bisa meningkat sehingga berpotensi koreksi.
“Pelaku pasar dalam negeri menanti rilis data indeks manufaktur Indonesia dan data inflasi bulan September 2023 hari ini. Indonesia manufaktur bulan September di prediksi di level 53 lebih rendah dari dari bulan sebelumnya 53,9 atau tumbuh melambat namun demikian masih berada di fase ekspansi,” tulis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Selasa (2/10).
Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan, tekanan kondisi global di tengah ketidakpastian kebangkitan ekonomi China tentunya memberikan dampak permintaan luar negeri menurunkan permintaan, namun di sisi lain masih menjadi bukti bahwa ada kenaikan permintaan dalam negeri.
Kenaikan permintaan dalam negeri ini memberikan indikasi bagaimana kondisi bisnis membaik di seluruh sektor manufaktur di Indonesia. Kondisi ini memberikan cerminan sektor manufaktur Indonesia terus memperlihatkan momentum pertumbuhan yang kuat.
“Selanjutnya inflasi bulan September diprediksi secara bulanan sebesar 0,12-0,15 persen, secara tahunan inflasi sebesar 2,2 persen-2,25 persen dan inflasi inti secara tahunan diprediksi sebesar 2 persen-2,1 persen,” lanjutnya.
Kondisi ini tentunya memberikan laju inflasi dalam negeri masih terkendali atau dapat dikatakan pertumbuhan inflasi masih di area target bank Indonesia dalam sasaran 3,0±1 persen pada sisa tahun 2023.
Sementara itu, Analis Bina Artha Sekuritas, Ivan Rosanova, mengatakan IHSG masih ditutup di bawah garis SMA-20 pada chart harian dan diperkirakan dapat melanjutkan dengan target terdekat di level 6.861 yang mestinya dapat tercapai apabila IHSG menembus ke bawah 6.900.
“Level support IHSG berada di 6.900, 6.861 dan 6.804, sementara level resisten-nya di 7.000, 7.058 dan 7.118. Berdasarkan indikator MACD menandakan momentum bearish,” kata Ivan.
Ivan merekomendasikan sederet saham yaitu ITMG, SMGR, dan UNTR. Sementara itu, top picks saham dari Pilarmas Investindo Sekuritas antara lain BIRD, TOBA dan CFIN.