Non Farm Payrolls (NFP) AS yang melesat rupanya tak mampu membuat Indeks Dolar AS terkesan. Pasalnya, kenaikan Upah Rata-Rata per jam Amerika Serikat dinilai terlalu kecil. Sehingga, The Fed diperkirakan tak akan mengubah sentimen dovish-nya.
Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan, data NFP AS di bulan Januari 2019 mencapai 304,000 pekerjaan baru, level tertinggi sejak 11 bulan terakhir. Angka tersebut mematahkan ekspektasi NFP AS di level 165,000 dan lebih tinggi dari sebelumnya di level 222,000.
Dolar Lebih Sensitif Terhadap Data Upah
Sempat menguat beberapa saat setelah data NFP AS dirilis, Indeks Dolar AS kembali turun ke level sebelum data dirilis. Masalahnya, kenaikan Upah Rata-Rata Per Jam yang hanya 0.1 persen, tak memenuhi ekspktasi 0.3 persen. Selain itu, Tingkat Pengangguran juga naik tipis 0.1 persen menjadi 4 persen.
Saat berita ini ditulis, Indeks Dolar AS (DXY) turun 0.06 persen ke level 95.50. Namun, Dolar AS menguat terhadap Yen, dengan USD/JPY yang naik 0.63 persen ke 109.53.
Menurut para analis, sejak akhir tahun lalu Dolar AS dinilai lebih sensitif terhadap inflasi upah pekerja, dibandingkan dengan NFP AS.
“Kita sempat melihat Dolar AS yang otomatis menguat setelah data NFP AS yang dilaporkan naik, bersama dengan keseluruhan data ketenagakerjaan AS yang terbilang solid,” kata Eric Viloria, Ahli Strategi Forex di Credit Agricole. “Namun, melesetnya data upah kemungkinan akan tetap menahan pendekatan sabar (dalam menaikkan tingkat suku bunga) The Fed dan telah mempertahankan (posisi) Dolar,” tambahnya.
Secara umum, Dolar AS diperkirakan melemah tahun ini karena Federal Reserve menjadi lebih waspada dalam menaikkan suku bunga. Menurut analis Hans Redeker dari Morgan Stanley, London, Outlook untuk aset-aset AS masih relatif kurang menarik. Sehingga, para investor akan lebih memilih untuk belanja nilai di aset lain.
Tagged With : dolar as • nfp as • non farm payroll as