Imbas Perang Dagang AS – China, Wall Street Anjlok

INDEKS utama Wall Street merosot ke level terendah selama satu bulan pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Rilis data lapangan pekerjaan sedikit menahan kekhawatiran akibat ketegangan dagang AS-China dan perlambatan ekonomi.

Dilansir Reuters, Senin (5/8), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 128,15 poin atau 0,48 persen menjadi 26.455,27, indeks S&P 500 (SPX) turun 16,70 poin atau 0,57 persen menjadi 2.936,86. Indeks Nasdaq Composite (IXIC) turun 68,59 poin, atau 0,85 persen menjadi 8.042,53.

Departemen Tenaga Kerja AS menyebut pekerjaan nonpertanian meningkat menjadi 164.000 pekerjaan bulan lalu, lebih rendah 41.000 pekerjaan dibandingkan Mei dan Juni 2019. Namun, angka Juli tersebut sejalan dengan harapan para ekonom.

“Jumlah pekerjaan tidak terlalu jauh dari yang diharapkan. Ini menunjukkan tren melambat. Ini konsisten dengan penurunan suku bunga lainnya pada bulan September atau Oktober,” kata Scott Brown, kepala ekonom di Raymond James di St. Petersburg, Florida.

“Masalah yang lebih besar untuk prospek kebijakan Fed adalah tarif, karena itu menyiratkan ada biaya yang lebih tinggi untuk barang jadi daripada barang setengah jadi yang telah kami impor dari Tiongkok,” lanjutnya.

Pada Kamis pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif 10 persen kepada impor China senilai USD 300 miliar mulai bulan depan. Hal ini berimbas pada jatuhnya pasar global dan investor melarikan diri ke tempat yang aman, yakni Treasury AS dan yen Jepang.

Sementara itu China mengatakan tidak akan mau diperas oleh AS dan memperingatkan akan melakukan pembalasan.

Perusahaan-perusahaan teknologi paling terpukul lantaran porsi terbesar dari pendapatan mereka berasal dari China. Sektor teknologi turun 1,34 persen, terbebani oleh pembuat iPhone Apple Inc dan pembuat chip. Philadelphia Semiconductor index tergelincir 1,06 persen, sementara saham Apple turun 1,5 persen.

Boeing Co, eksportir tunggal AS terbesar ke China, turun 0,8 persen dan Caterpillar Inc turun 0,6 persen.

Anjloknya beberapa emiten tersebut disebabkan oleh meningkatnya eskalasi perdagangan yang tiba-tiba ditambah sinyal The Fed yang tak akan lagi agresif dalam menurunkan suku bunga acuan.

Sementara itu, sektor utilitas naik 0,3 persen, sementara lonjakan harga minyak membantu sektor energi menambah kenaikan kecil.

Musim pendapatan kuartal II 2019 masih terus berjalan, dengan 74,4 persen dari 355 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan pendapatannya tersebut melebihi perkiraan analis.

 

Leave a Comment